Cerita Dewasa Nikmatnya Bercinta Dengan Perawan

https://ceritadewasamesumhot.blogspot.com/2018/05/cerita-dewasa-nikmatnya-bercinta-dengan-perawan.html










 
 
 
 
Cerita Nakal Ibu Alim - Namaku Chepy, 22 tahun, mahasiswa di sebuah universitas swasta ternama di Jakarta.
(Sinopsis: Tokoh utama cerita adalah Robby (Aku), tamatan MIT yang direkrut perusahaan internasional yang bermarkas besar di New York. Tujuh tahun bekerja, Robby dikirim perusahaannya untuk membuka kantor cabang di Jakarta untuk penugasan setahun. Di Jakarta Robby terjerat api asmara yang membakar dengan gadis pelajar SMU anak keluarga warga perkampungan kumuh wilayah pinggiran Jakarta bernama Ermita. Walau dari keluarga miskin, Ermita ternyata memiliki kepribadian yang lain dari yang lain yang membuat Robby luluh. Ini adalah kisah percintaan yang indah dengan adegan detail persetubuhan dahsyat saat Robby mengambil keperawanan Ermita sampai ke detik-detik kepala penis Robby merobek selaput dara gadis kampung Jakarta namun sangat cantik dan berbodi aduhai itu. Selamat menikmati. Sato Sakaki). 
Aku yakin belum banyak yang diperbuat Andi pada dirinya sewaktu aku membuka pintu depan dan melihat mereka di ruang tamu. Disamping pemuda itu dia tersandar di sudut sofa dengan wajah merah saga, rambut awut-awutan dan blus sekolah yang acak-acakan, kerut-merut di bagian dada.

“Kok cepat pulangnya Om?” Andi tidak kelihatan kikuk sama sekali.
“Ah biasa”, jawabku, “Sudah lama?”, kupandang gadis itu sekilas yang hanya menundukkan wajah tak berani memandangku. Menilik penampilan dengan seragam yang kelihatan setengah lusuh dan tas sekolah butut yang tergeletak tak jauh di depannya bisa ditebak dia warga kampung pinggiran. Entah darimana dia disambar keponakanku. Biasanya pemuda playboy itu membawa pacar cewek gedongan sesama mahasiswa kampus.

“Andi, di kulkas barangkali ada coca-cola.”
“Terimakasih Om, nanti kami ambil.”

Aku terus masuk ke dalam membuka kunci kamarku, ganti pakaian. Rasanya lega bebas dari dasi dan business suit di udara gerah Jakarta. Lalu seperti biasa sepulang kantor aku ke dapur memasukkan empat mangkok beras ke rice cooker. Aku memang hanya tinggal sendirian di rumah kontrakan tiga kamar yang cukup besar ini. Ibu Andi kakak-iparku menawarkan pembantu tetapi kutolak. Di apartemenku di New York-pun aku biasa mengurus keperluanku sendiri. Pernah Andi kuajak tinggal bersamaku, tetapi karena terlalu jauh dari kampusnya dia tidak betah dan memilih tinggal di sekitar kampus saja, hanya sekali-sekali dia datang membawa pacarnya pada saat dia kira aku tidak di rumah. Dia punya duplikat kunci untuk itu.

Tapi sebenarnya walau sedang di rumahpun aku tak begitu peduli pada apa yang diperbuat Andi dengan pacarnya di ruang tamu. Karena aku juga bukan orang suci. Terkadang aku juga membawa teman wanita yang terkadang kuperam beberapa hari di kamarku kalau dia mau. Walaupun aku tentu saja hati-hati jangan sampai nanti terpaksa mengawini mereka. Maksudku terjebak oleh salah seorang dari mereka.

Dari dapur aku terus ke kamar di sebelah kamar tidurku yang kujadikan ruang kerja, menekuni hingar-bingar lalulintas internet dan tenggelam dalam keasyikan sampai Andi muncul mengejutkanku.

“Om saya mau beli nasi bungkus, apa om mau pesan?”

“Tidak, om tadi masak nasi, terimakasih.”

“Saya tinggal Mita sebentar Om.” Aku menatap wajah Andi. Kuberi dia isyarat supaya mendekat. “Hati-hati kau Andi. Kalau dia hamil dia tuntut kau bertanggungjawab. Apa kau sudah siap jadi suami?”

“Ah saya tidak sejauh itu, Om”, Andi menyeringai.

“Ya, hati-hati saja”, kataku pelan.

Dan Andi keluar. Sebentar kemudian terdengar sepeda motornya meninggalkan gerbang halaman rumahku.

Aku masih mengutak-atik komputer sekitar limabelas menit ketika kudengar suara halus dari pintu kamar. “Om, apakah saya boleh memakai kamar kecil?” Aku menoleh ke arah datangnya suara merdu itu. Amboi mulut yang sempurna dengan bibir penuh dan sensual. “Oh ya ada di belakang. Atau pakai saja kamar mandi di kamar Om.” Aku bangkit dari duduk dan m*****kah melewatinya untuk menunjukkan kamar mandi dalam kamarku. Dia masuk dan aku memperhatikan bentuk tubuhnya. Bodi yang cukup memenuhi estetika keindahan. Walau ada kesan perkampungan kumuh, harus kuakui dia lumayan cantik.

Aku menunggu di pintu kamar sewaktu dia keluar kamar mandi tak s***** lama. Masih berjalan menunduk dia mengucapkan terimakasih.

“Siapa namamu?”

“Mita Om, Ermita.”

“Dimana kamu sekolah?” Dia menyebut sebuah SMU swasta sembari mengangkat mukanya melihat ke wajahku. Sekilas kami bertatapan, kulihat matanya begitu letih dan mukanya pucat.

“Kamu dari sekolah langsung kemari?”

“Iya Om.”

“Belum pulang ke rumah?”

“Belum Om.”

“Kemari dulu.” Aku cepat melangkah ke dapur memeriksa lemari es. Di sudut aku melihat kaleng coca cola terakhir. Aku sudah harus ke Carrefour lagi. Beberapa persediaan sudah tipis.

“Ini Ermita, coca cola!” Dia tersenyum gembira, “Makasih Om.” Segera saja dia tarik kaitan tutup kaleng aluminum itu dan mereguk isinya. Kentara soda dingin itu sangat dia nikmati. Barangkali di kamarmandi dia tadi minum air ledeng tapi belum dapat melepaskan rasa hausnya yang teramat sangat.

Aku memeriksa freezer dan mataku tertumbuk pada bungkus aluminium potongan kelebihan pesta pizza pesanan yang sudah sekitar tiga minggu di sana. Kubuka, ada dua potong, keduanya kuletakkan ke piring dan kumasukkan ke microwave. Tiga menit pizza yang sudah panas dan segar lagi kukeluarkan dengan mengalas tanganku ke piring dengan serbet kertas dan kusodorkan padanya. “Ini pizza makanan orang Italia, barangkali kamu sudah tahu. Roti dengan keju, pakai daging kambing, cendawan dan potongan-potongan … apa ya indonesianya green pepper?”

“Saya juga tidak tahu Om”, katanya menerima piring yang kusodorkan pada alas serbet kertas peganganku.

“Cabe yang sebesar tinju.”

“Ooo.” Dia letakkan kaleng cocacolanya di counter dapur dan diapun mulai hendak menggigit pizza itu, meniup-niupnya karena masih panas, kemudian menggigit lagi dan mengunyahnya. “Enak Om, biasanya cuman ngeliat di iklan televisi”, dan dia menghadapkan piring ke depanku supaya aku mengambil potongan yang satu lagi. “Tidak, makan saja, Om masih kenyang. Kamu belum makan dari pagi?”

“Belum Om, Mita memang lapar sekali.” Aku tahu. Bahkan sarapan sebelum berangkat sekolahpun barangkali dia belum. Keterlaluan si Andi. Pacar lapar kok disikat dulu.

“Om memang tidak mau?” Aku menggeleng, dan sepotong pizza lagi dia angkat ke mulutnya. Diam-diam aku suka padanya. Anak ini jujur, tidak berbasa-basi.

Kami masih berdiri di sana di dapur, aku memandang dia yang mengunyah pizza dan mereguk minuman kalengnya, sewaktu nasi dari rice cooker mengeluarkan aroma harum.
“Wah nasinya masak, kita bisa lanjutkan dengan makan siang, Ermita”.
“Tapi Andi tadi pergi beli nasi bungkus, Om.”
“Kalau nanti dia datang, nasi bungkusnya kan bisa kamu bawa pulang”, kataku sambil mengeluarkan piring bersih dari lemari dan meletakkannya di meja makan. Periuk rice cooker langsung kuangkat pakai sarung tangan dan kuletakkan di meja makan dengan alas piring lain. Lalu potongan rendang, potongan kari dada ayam dan goreng ikan yang kubeli kemarin di Jalan Sabang masuk ke microwave dan Ermita membantu meletakkannya di piring dan membawanya ke meja makan. Dia juga membantu menyediakan air dingin es dari kulkas dan sendok garpu. Untuk sayur dia membantu memotong-motong tomat dan kol mentah.

Kami makan tanpa banyak bicara. Kudorong ke depannya potongan rendang yang dia terima dengan senang hati dan juga seekor ikan goreng seukuran tapak tangan. Dan aku yang sebenarnya juga lapar makan dengan lahap dengan lauk kari ayam, entahlah mungkin karena ada gadis murid SMU cantik menemani makan. Tampaknya melihat aku makan lahap, Ermita juga makan lahap tak sungkan-sungkan. Saling mengangkat muka dari seberang meja mata kami bertemu. Wajah Ermita kini terlihat cerah dan segar, tidak lagi kuyu dan letih seperti tadi. Dan sekarang aku menilai dia benar-benar cantik, tidak hanya lumayan cantik. Bibirnya yang merah karena merica rendang tampak semakin sensual dan menggairahkan. Hidungnya bangir dan matanya cemerlang seperti bintang kejora.

“Kata Andi, Om dari Amerika?”

“Ya, dari New York. Om sekolah ngelanjutin kuliah di Boston lalu ada perusahaan multinasional yang nawarin kerja. Kerja tujuh tahun Om dikirim ke sini untuk tugas setahun membuka cabang baru.”

“Jadi Om bakalan kembali lagi ke sana?”

“Ya, sekitar enam bulan lagi.”

“Om punya keluarga di sana? Isteri?”

“Ndak. Kumpul kebo saja.” Tawa kami meledak, dia tersedak. Buru-buru dia minum air es.

Tiba-tiba aku ingat sesuatu. Segera aku berdiri kembali ke dapur menjangkau ke rak bagian atas. Kuraih sebotol anggur Malaga yang sudah lama kubeli tapi terlupakan. Kucabut sumbatnya dengan bor pencabut sumbat botol dan aroma harumpun keluar dari mulut botolnya. Kuambil dua buah sloki dan kubawa ke meja makan.

“Apa itu Om?”

“Anggur, kamu minum anggur?”

“Ndak pernah. Bisa mabuk Om?”

“Ah, anggur tidak menyebabkan mabuk kalau hanya satu sloki.” Kutuangkan ke satu sloki dan kusodorkan kepadanya, “Ayo coba Ermita.” Dia menghirupnya sedikit. “Enak Om.” Dan dia menenggak sereguk. “Enak Om, tapi dada rasanya panas.” Aku juga mereguk dari slokiku. Hmm anggur manis Spanyol yang harum. Tak kusangka anggur ini demikian lezat. Anggur tua rupanya. Kureguk lagi, dan kulihat Ermita juga mereguk dari slokinya langsung sampai habis.

“Om kasi lagi anggurnya”, ini adalah sloki yang ke-empat. “Sudah ini jangan lagi Ermita, nanti kamu mabuk.”
“Rasanya sekarang Mita memang agak pusing Om, apa mabuk ya?”
“Kamu minum hampir empat sloki, kalau Om masih belum apa-apa. Tapi memang bisa mabuk bagi yang belum biasa minum. Sesudah ini kamu tidak boleh tambah lagi. Ayo kita duduk di sofa.”


“Om, Mita mau ke kamar kecil. Dan sesudahnya apa Mita boleh berbaring di kamar Om? Mita capek sekali Om.” Dia kelihatannya memang sudah setengah mabuk, jalan pikirannya mulai tidak terkontrol, mengatakan saja apa yang terasa. Kalau pikirannya terang tentu dia akan segan sekali bertanya mau tidur di kamar-ku.

“Nanti Andi marah-marah mendapati kamu tidur di kamarku, Ermita?”

“Ah peduli amat. Mita ndak suka sama dia. Mita suka sama Om.” katanya tersenyum genit, kegenitan yang sebelumnya tak pernah ada. Wah gawat nih anak. Padahal aku sama sekali tidak pernah bermaksud membuat dia mabuk. Tapi aku memang ingin mengorek pendapatnya mengenai aku.

“Suka sama Om? Kenapa?”
“Om baik.”
“Apa lagi?”
“Om ganteng”.
“Andi kan juga ganteng?”

“Om lebih ganteng dan lebih tinggi … dan macho.” Dia kembali tersenyum genit memandang ke wajah, lengan dan dadaku. Aku tertawa, “Macho, apa itu?”

“Macho seperti Antonio Banderas.”
Aku tertawa lagi, “Ayo pergilah”. Dia tertatih dan terhuyung sewaktu berdiri dari kursinya sehingga aku cepat bangkit dari kursiku mengejar dan menyambar lengannya dan menuntunnya ke kamar mandi di kamarku. Aku keluar setelah dia berada di depan bowl seat menunggu dia pipis dengan berdiri membelakang. Pintu kamar mandi kubiarkan setengah terbuka karena aku takut kalau-kalau dia jatuh karena pusing. Desiran pipisnya membuat “adik”-ku berdenyut, tapi aku sungguh tidak ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan. Aku baru tahu dia selesai sewaktu dia merangkulku dari belakang.

“Om Mita capek mau berbaring.”

“Boleh, berbaringlah?” kutuntun dia ke tempat tidur dan kugolekkan dia di sana. Dia memejamkan mata, tampaknya benar-benar lelah dan ingin istirahat. Dan sekali lagi aku terpesona memandang wajahnya dari jarak begitu dekat. Bibirnya yang merekah indah seakan mengundang aku untuk mencicipinya. Perlahan kudekatkan wajahku ke wajahnya. Kucipok bibir indah itu mula-mula lembut tapi berikutnya dengan melumat dan memilin bibir yang seperti jeruk dua ulas itu dengan bibirku. Dia membuka mulutnya dan lidahku bertemu dengan ujung lidahnya yang membuat tubuhku seperti terkena aliran listrik lemah yang membuat penisku bergeletar, sehingga bibir dan mulut itu kembali kuremas penuh nafsu dengan mulut dan lidahku. Lalu sementara lengan kananku menyangga di bawah kepalanya tangan kiri meremas gundukan dada kanannya yang terasa empuk walau masih di bawah blus dan branya.

“Om, om punya pacar?”, tanyanya dengan nafas sesak sewaktu mulut kami terlepas.
“Tidak. Kamu mau jadi pacar Om?”, kucium matanya.
“Mau.”
“Apa yang dilakukan Andi di sofa? Dia cium kamu seperti ini?” Kukecup lagi bibirnya.
“Hmmh.”
“Dia ciumi dan jilat lehermu seperti ini?”
“Hmh”
“Dia remas juga dadamu?” Dan aku meremas lagi dadanya, sekarang yang sebelah kiri.

“Hmmh”, matanya terpejam kenikmatan.

“Dia masukkan tangannya kedalam blusmu dan dia pijit pentilmu di sini?” Mengatakan itu kumasukkan tanganku ke balik blus dan branya lalu kuremas tempurung dadanya, kupijit pentilnya mula-mula yang kanan kemudian yang kiri.

“Hmmh”. Dia meregangkan tubuh setiap kali kupencet puting susunya.

“Dan dia masukkan tangannya ke balik rokmu, mengelus bagian dalam pahamu, dan meremas bukit tempek-mu?” Sambil berkata demikian aku melakukannya dengan tanganku yang bebas dan melanjutkan menggerayang kesana kemari ke sekitar vaginanya sampai ke pusar lalu kembali lagi mengusap dan meremas bukit kemaluannya yang terasa tebal dan cembung di balik celdal, sambil kulumat lagi mulutnya. Dia tidak menjawab, matanya terpejam. Nafasku memburu.

“Dia masukkan jarinya ke sela celana dalammu dan mengorek kelentitmu?” Tiba-tiba dia menahan tanganku dengan tangannya dan melepaskan mulutnya dari mulutku yang melumat lagi.

“Jangan Om”, katanya lirih. Rupanya dia tersadar berada di pinggir jurang. “Om, Mita jangan diperkosa Om”, rintihnya memohon.

“Kamu kan mau ngasi tempek-mu ke Om?”

“Jangan Om, Mita takut nanti Mita hamil Om.” Rupanya walau separuh mabuk masih tersisa akal sehatnya.

Aku berhenti. Aku jadi kasihan padanya. Seharusnya aku tidak memanfaatkan keadaan dengan menyetubuhinya selagi pikirannya tidak cukup terang untuk membedakan yang baik dan yang buruk. Dan kulihat dia jadi tenang karena nafasnya tidak sesak lagi. Barangkali dia tahu aku bukan orang jahat.

“Kamu pernah ngentot?” Kataku setelah beberapa lama. Dia diam, dan beberapa saat menunggu jawaban kulihat rupanya dia sudah tertidur. Barangkali memang karena sangat lelah dan juga lebih-lebih lagi karena ditambah pengaruh alkohol. Kubetulkan kembali pakaiannya yang acak-acakan, kutempatkan bantal di bawah kepalanya menggantikan lenganku dan tak lama kulihat Ermita benar-benar tertidur pulas. Kututupi tubuhnya dengan selimut tipis dan akupun bangkit dari ranjang melangkah ke luar kamar.

Aku masih memasukkan piring ke mesin cucipiring sewaktu telpon berdering.
“Om ini Andi”
“Ada apa Andi?”
“Om aku tabrakan. Ada anak pengasong yang tiba-tiba nyebrang dan tertabrak.”
“Bagaimana dia?” aku khawatir, keponakanku bisa dapat masalah besar. “Luka Om, sudah dibawa ke rumahsakit. Sekarang saya masih berurusan dengan polisi.”

“Kamu sendiri bagaimana?”
“Saya tidak apa-apa Om…. Om….”
“Ya?”
“Saya minta tolong ngantarin Ermita pulang, Om.”
“Iya dah, Andi. Aku akan ngantar dia pulang, kami juga sudah makan kok.”
“Terimakasih Om. Om apakah saya bisa bicara dengan dia?” Aku tak mau dia tahu Ermita lagi tidur pulas di kamarku.

“Dia lagi di WC. Biar Om yang ngasih tahu dia Andi, jawab saja pertanyaan polisi sebaik-baiknya. Sanggupi untuk mengganti rugi semua biaya pengobatan. Jangan khawatir Ermita. Om akan mengantar dia pulang.”

“Terimakasih Om.”

Sudah beberapa jam Ermita tidur dan sudah pukul sembilan malam ketika aku mendengar dia bangun dan aku masuk melihat. “Ermita kamu sudah siap pulang?”, dia kelihatan linglung kebingungan, barangkali heran kok dia ada di kamar yang asing. Dan matanya melihat ke beker di meja di samping tempat tidur.

“Andi dapat kecelakaan, dia menabrak anak orang.” Dia terperanjat dan mencecar aku dengan pertanyaan dan aku menjelaskan.

“Dan kamu sekarang siap pulang?”
“Iya Om. Tapi …. “
“Aku akan mengantarmu. Dimana rumahmu?” Dia menyebut alamatnya. Terhuyung-huyung dia bangun dan kembali masuk kamarmandi, kelihatannya masih pusing. Aku menyesal telah memberi dia minuman ber-alkohol.

Masih kebingungan dipungutnya tas sekolah yang tergeletak di depan sofa di ruang tamu lalu kutuntun dia ke garasi dari pintu dapur. Dia tertegun lagi di pintu jip SUV-ku sehingga harus aku pondong untuk mendudukkan di passenger seat.

“Om?” bisiknya di telingaku sewaktu aku membetulkan duduknya dan memasang seat belt untuknya. Aku menatapnya. Apa yang dia pikirkan? “Ada apa?”

“Om?”, terlihat ada kemelut yang sangat merisaukannya.
“Apa Ermita?”
“Om … tidak … mengambil keperawanan saya?”
Aku terkejut. “Tidak Ermita, Om tidak mengambil keperawananmu.” Dia menatap ke mataku beberapa saat, lalu kulihat dia tersenyum lega, “Terimakasih Om.” Kucium keningnya. Entah mengapa saat itu aku merasa gembira tadi tidak menurutkan nafsu syahwatku mencelakakan dia.

“Apa orang tuamu tidak marah kalau kamu terlambat pulang Ermita?” tanyaku setelah mobil meluncur di jalan.
“Ibu akan marah dan ngamuk-ngamuk.”
“Bapakmu?”
“Bapak sudah bercerai dengan ibu, Om.”
“Ibumu kerja apa?”
“Bantu nyuciin pakaian orang Om.”
“Sudah berapa lama?”
“Sudah lama ibu kerjaannya itu, waktu bapak masih ada dia juga sudah kerja mencuci.”
“Kamu punya saudara?”
“Ya Om, empat orang. SMP dan sekolah dasar.”
Setengah jam kemudian aku menghentikan mobil di mulut jalan sempit menuju ke rumahnya. Kuberi dia uang dua ratus ribu. “Kamu naik becak atau ojek saja, sudah malam.”
“Terimakasih Om.”
“Nanti kalau ibumu nanya katakan ada teman sekolahmu perempuan yang mengajakmu ke tempat kakaknya di Bogor.”

“Iya Om.”
Entah kenapa sejak itu aku rindu untuk bertemu lagi dengan dia. Aneh kok aku bisa tertarik pada gadis kampungan seperti Ermita yang makan pizza-pun tak pernah sebelumnya. Pakaiannya saja kelihatan lusuh baik blus maupun roknya walau tidak kumal, barangkali karena terus-terusan dipakai tiap hari. Tapi aku akui, dia punya kecantikan yang mempesona, kecantikan alami dan juga kepribadian yang membangkitkan rasa ingin tahu.
Dan entah sudah untuk ke berapa kalinya aku menunggu di depan sekolah yang dia sebut tapi aku tetap saja tidak melihat dia. Sampai tak ada lagi siswa yang keluar kemudian ku-start mobilku beralih ke mulut gang dimana aku mendropnya malam hari dua pekan yang lalu, tapi dia tak juga kelihatan.

Aku justru bertemu dengan dia secara tak disangka-sangka sebulan kemudian. Waktu itu kami berjalan di pusat perbelanjaan Blok M dengan Rena bergelayut di lenganku. “Om!!” kulihat dia melambai dari jarak enam meter. “Hei Ermita, kemana saja? Ndak pacaran lagi sama Andi?” tanyaku tersenyum lebar menggoda. Dia kelihatan bersama tiga temannya yang seperti dia masih berseragam sekolah. Rambutnya sudah dipotong, dikurangi jadi lebih pendek sampai bahu sehingga tampak lebih rapi. “Ndak Om, dia dapat yang baru,” jawabnya ketawa sambil melirik ke pacarku. Aku hendak bertanya dia sekolah sebenarnya dimana, karena tak pernah kulihat dia di sana, tapi Rena sudah menarikku pergi, sehingga aku harus melambai ke dia.

“Om, Mita kepingin dibikin mabuk lagi sama Om dan tidur lagi di kamar Om!” Kudengar dia mengatakan itu berteriak ditahan ketika kami sudah menjauh. Dan teman-temannya cekikikan. Kurang asin ini anak. Sudah terang dia mengatakan itu untuk membuat Rena panas dan memang perempuan itu segera melepaskan tangannya dari lenganku.

Ah gangguan anak nakal saja kok didengar”, kataku. Tapi mukanya masam dan sewot. Setiba di rumahnya kami bertengkar. Aku mencoba membela diri tanpa hasil.

Hari itu aku menunggu lagi dalam mobilku di depan sekolah itu. Gagal disana meluncur ke mulut gang dimana dia saya drop dua bulan yang lalu, mencari tempat berhenti dan merenung.

“Om Rob nunggu siapa?” Aku mengenal suaranya. Suara yang kurindukan. Kutengok ke samping. Dia.
“Ayo naik Ermita.”
“Naik kemana?”
“Ayo naik saja.”
“Nanti ada yang marah.”
“Siapa yang marah? Tidak ada yang marah.”
“Mita harus ngantar belanjaan ini dulu pulang.”
“Ya antarkan. Tapi segera kembali ya?”
Dia tidak menjawab. Kulihat dia menyeberangi jalan.

Seperempat jam kemudian, saat kukira dia tidak mendapatkan izin dari ibunya, kulihat Ermita datang. Mengenakan T Shirt dan jaket butut dan blujins. Kelihatannya pakaian bekas kiloan tapi pas membalut tubuhnya dengan garis lekuk-lengkung yang indah. Ermita adalah perempuan yang seksi sekali.

“Kemana kita Om?”
“Ke rumahku lagi, masak nasi di rice cooker, makan dengan rendang, kari ayam dan ikan goreng. Om baru membelinya di Jalan Sabang kemarin.”

“Ada pizza dan cocacola juga?”
“Ada banyak cocacola tapi pizza lagi tidak ada, tapi bisa kita singgah membelinya di PizzaHut kalau kamu mau.”
“Dan anggur manis Malaga yang bikin mabuk?”
“Ya masih ada, tapi tidak perlu harus mabuk. Minum satu sloki saja tidak akan mabuk.”
“Dan kalau sudah mabuk tidur di ranjang kamar tidur Om sampai pagi?”, lanjutnya tanpa mempedulikan jawabanku.

“Om akan mengantarmu pulang sebelum senja.”
“Sebelum senja besok?” Aku terdiam sejenak, walau sebenarnya nafsuku jadi menggelegak.
“Sebelum senja hari ini juga. Besok kamu sekolah kan? Om juga kerja besok.”
Tak seorangpun kami yang berbicara beberapa lama.
“Om berkelahi dengan pacar Om yang cantik itu?”
“Hmm iya, kok kamu begitu jahat ya?” Dia ketawa cekikikan. “Ndak sengaja Om. Tapi rasanya Mita betul-betul kesel banget waktu itu. Pacar Om itu kelihatan sombong sekali, melihat kita-kita ini kayak ngeliatin pe-es-ka murahan aja.”

“Ah tidak benar itu. Rena itu baik kok.”
Kami kembali diam. Lama.
“Om.”
“Ya?” Aku tetap memusatkan perhatian ke jalan yang penuh kendaraan lain.
“Berapa … berapa … om mau membayar kalau aku … kalau aku .. ngasi .. keperawananku?” Aku terdiam. Pertanyaan yang sama sekali tidak aku sangka-sangka.

“Berapa kamu minta, Ermita?”
“Berapa Om menilai harganya?”
Aku terdiam lagi beberapa saat. Ku ingat di New York tarifnya seratus dollar sekali main dibawa ke hotel. Itupun pelacur jalanan yang mangkal di traffic light dengan risiko ditangkap polisi dan terjangkit penyakit kotor kalau bukan AIDS. Lady Escort high class 500 dollar per-jam di luar tip dan dia akan mendesak klien-nya make kondom. Dan perawan cantik seperti bidadari disampingku ini?

“Sepuluh juta rupiah Ermita? Atau duapuluh?”
“Om sanggup membayar 20 juta rupiah untuk saya? Untuk satu kali saja?”
“Mengapa tidak? Tigapuluh juta aku juga sanggup bahkan lebih.” Aku tahu aku berkata jujur.
“Om, aku minta sepuluh juta saja, tapi Om belikan aku pil anti hamil.”
“Kamu sungguh-sungguh Ermita?”, aku menoleh sejenak melihat ke wajahnya*”
“Ya”, katanya pendek.
“Mengapa tidak 30 juta? Aku juga bisa membelikanmu pil anti-hamil.”
Dia menggeleng. “Rasanya seperti menjual diri betul.”
“Jadi dengan sepuluh juta bukan menjual diri?”
“Sepuluh juta aku minta karena keperluan untuk bayar tunggakan uang sekolah dan untuk pendaftaran ujian akhir. Kalau ndak, tidak bisa ikut ujian.”
“Jadi dengan sepuluh juta itu bukan menjual diri, Ermita?”
“Bukan. Om menilainya lebih tinggi kan? Dan aku menyerahkannya pada Om.”
“Menyerahkan demi uang.”
“Menyerahkan karena Mita sayang Om.”
Gombal, teriakku dalam hati.

Kami telah sampai. Segera kumasukkan mobil ke garasi. Dari garasi kami ke dapur. Kumasukkan beras ke periuk rice cooker, kupanaskan rendang beserta bungkus daun pisangnya ke microwave, lalu kari ayam, lalu ikan goreng. Ermita menunggu di meja makan. Aku menyiapkan semuanya. Cocacola kaleng, gelas dengan air es, dan kutuang anggur manis Malaga kedalam sloki cantik. Irisan tomat dan kol mentah. Setelah nasi masak kami makan dengan berdiam diri.

Dan makan itupun selesai. Ermita menghirup anggurnya. Aku juga. Lalu dia permisi ke kamarmandi. Kembali lagi ke meja makan dan kami berdiam diri lagi. Limabelas menit sudah berlalu, kelihatannya dia menunggu aku, tapi aku diam saja.

Akhirnýa aku masuk ke kamar mengeluarkan uang tiga juta dari kantong, jumlah maksimum yang bisa kuambil tadi saat singgah di mesin ATM selagi Ermita menunggu di mobil: Ditambah sekitar lima juta persediaan uang tunai cadanganku yang masih ada di lemari, kumasukkan uang itu ke balik kemejaku dengan lebih dulu membuka kancingnya. Delapan puluh lembar seratus ribu dan lima puluh ribuan.

“Oke Ermita, kuantar kamu pulang.”
“Kenapa?”
“Aku tidak punya uang tunai sepuluh juta sekarang. Saya biasa memakai credit card. Dan bank-nya tadi sudah tutup. Saya akan mengambil perawanmu setelah aku punya sepuluh juta.”

Kutarik dia dari kursi dan kubimbing ke garasi. Seperti sebelumnya kududukkan dia di mobil lalu kulumat mulutnya. Kami tidak berbicara apapun sampai aku menghentikan mobil di mulut gang menuju rumahnya. Sebelum dia turun kutanya: “Ermita, apakah tujuh setengah juta cukup untuk membayar uang sekolahmu yang belum dibayar?” Aku mengeluarkan uang itu dari balik kemeja dan memberikan kepadanya. Dia menatapku. “Cukup Om”, katanya. Dan dia turun.

Esoknya pulang dari kantor kulihat Ermita menunggu di depan gerbang rumahku dengan sebuah bungkusan. Memakai T- shirt dan blujins yang dia pakai kemarin. Kubuka pintu mobil dan dia naik, lalu mobil kuteruskan masuk ke garasi.

“Bungkusan apa, Ermita?”
“Nasi bungkus Om.”
“Nraktir ya?”
“Iya.”

“Ayo kita makan.” Dari garasi kami masuk ke dapur. Di dapur kuraih bungkusan nasi dari tangannya dan kuletakkan di counter dapur. Lalu kutarik tubuhnya dan kulumat mulutnya yang sensual itu. Diberikannya lidahnya yang segera kusambar dan kuhisap. Kutarik T-shirt-nya ke atas dan kujelajahi dengan mulutku lereng bukit diantara belahan dadanya sembari tanganku menanggalkan kaitan BH di punggungnya. Tak lama penutup payudara itu sudah kulempar ke lantai dapur. Tak babar kuhisap putingnya berganti-ganti kiri dan kanan, bahkan kugigit gemas. Kulihat wajahnya meringis mungkin terangsang atau mungkin oleh sebab lain, aku tak begitu peduli. Terus kuangkat tubuhnya dan melangkah hendak kupondong ke kamar tidur. “Om bawa pakaianku”, bisiknya dalam pondonganku. Kuturunkan dia kembali ke lantai untuk memungut T-Shirt dan bra-nya. Lalu kupondong dia lagi, kubawa ke kamar tidur dan kutegakkan dia di sana selagi aku mengunci pintu kamar. Lalu aku berjongkok menanggalkan sepatunya lalu menanggalkan kaitan dan menarik resleting blujins-nya sambil memandang keindahan buah dadanya yang seperti batok kelapa dan wajahnya yang merah padam.

Kuturunkan blujins itu ke bawah sekalian dengan celana dalamnya sehingga vaginanya yang indah terpampang sejenak di depan mataku sebelum dia menutup dengan kedua tangannya. Sekalipun demikian dia membantu aku meloloskan blujins dan celana dalam dari kakinya itu dengan mengangkat mula-mula yang kiri kemudian yang kanan. Ermita berdiri telanjang bulat dengan kedua tangan di selangkangan sewaktu aku buru-buru menanggalkan pula seluruh pakaianku. Mataku terus saja menikmati keindahan tubuhnya yang bagai patung perunggu Dewi Venus itu saat aku menelanjangi diri. Sepatu, dasi, jas, kemeja, singlet, lalu celana dan kolor kutarik sekali jalan. Semuanya kulempar saja di lantai.

Kulihat matanya melihat ke penisku yang mengacung tegak dua puluhan sentimeter dengan bonggol kepala yang sudah sering mendapat pujian para perempuan yang pernah kutiduri. Mukanya semakin merah padam. Kudekati dia, kupondong dan kukecup lagi lalu kubawa ke tempat tidur.

“Apa yang akan kita lakukan, Ermita?” bisikku tersengal di telinganya sambil membaringkan dia di ranjang. “Bersetubuh”, bisiknya gemetar.

“Kemana kita berdua akan berlayar, Ermita?” bisikku lagi.
“Ke langit yang ke-tujuh”, bisiknya hampir tak terdengar. Aku menyertai dia berbaring miring di ranjang. “Ya, kita akan mengharungi sorga dunia. Kamu pernah ke sana sebelumnya?”

“Belum, Om saja yang nunjukin jalan.”
“Jangan khawatir, akan Om tuntun kamu baik-baik.”
Lalu kususupkan lenganku di bawah tengkuknya. Kucium belahan dadanya dan naik ke leher. Baru keringatnya harum sekali. Dia merangkulkan tangannya ke leherku. Aku bisa mendengar degupan dadanya yang cepat sekali.
“Om”, desahnya. “Mita ingin merasakan Om.”

“Iya sayang, Om juga ingin sekali. Kamu cantik sekali Ermita. Bentuk tubuhmu bagus sekali. Sempurna.” Hirupan nafasku memang sudah panjang-pendek karena darah yang bergelora dan mengalir kencang. Langsung kuposisikan tubuhku di atas badannya dan merenggangkan pahanya dengan kedua lututku dan bermaksud menuntun batang kelelakianku untuk langsung ditancapkan ke liang nikmatnya.

Tetapi tiba-tiba aku sadar aku harus mengendalikan diri, tidak boleh terburu-buru. Aku sedang hendak merobek selaput dara seorang gadis perawan yang belum pernah dimasuki laki-laki. Dia bisa kesakitan sekali kalau aku tidak menyiapkannya lebih dulu. Dan kalau dia terus kesakitan aku juga bakalan sukar menikmati.

Dengan pikiran itu aku mulai mengalihkan perhatian pada gundukan dadanya yang kuserang dengan ciuman gemas diselingi remasan tangan. Lalu lehernya kembali kusosor dan kujilat, lalu hidung dan mulutku kembali ke celah diantara buah dadanya, kedua ketiak di bawah lengannya, lalu putingnya kugigit dan kuremas gundukan itu lagi dengan kedua tanganku. Tanpa memperhatikan reaksinya yang menggelinjang dan mendesis-desis setiap bagian tubuh atasnya yang peka kuserang, sebelah tanganku menyelip ke balik punggungnya, lalu ciuman dan jilatanku turun ke pusar. Dan tanganku turun dari punggung ke pinggangnya yang ramping, mengusap mesra lereng bukit panggulnya yang seksi saat aku menggeser tubuh ke bawah dan cumbuanku turun ke tumpukan jembut halus dan klitorisnya, mengecup dan menjilat dengan lidahku disana beberapa menit yang membuat dia semakin merintih-rintih. Lalu aku bergeser turun ke bawah beralih ke kakinya.

Kuciumi jari dan telapak kedua kakinya, kumasukkan jempol kakinya ke mulutku dan kuhisap. Lalu beralih ke betisnya, mencium dan menjilat juga di sana, lalu lipatan lutut berganti-ganti kiri dan kanan, naik ke paha dan pangkal paha yang setengah mengangkang diantara kepalaku. Sebelah tanganku kembali masuk aktif membelai dan meremas lekuk pinggang dan panggulnya. Lalu kucium mesra gundukan hutan apemnya yang berdaging tebal. Lalu beralih ke celah memiawnya kukuhum labia mayoranya, lalu kelentit dan labia minoranya. Kurasakan dia mengangkat-angkat panggulnya dan tangannya menjambak rambutku. Kujilat terus sampai air kewanitaannya tergenang membanjir mendekati orgasme.

Cukup sudah. Saya kira dia sudah siap untuk kumasuki tanpa merasa terlalu sakit. Akupun merayap naik di atas badannya. Kembali kukuakkan kedua pahanya dengan kedua lututku, dan dia menekukkan lututnya ke atas dan membuka kangkangannya lebih lebar memberi tempat pada panggulku. Kuambil posisi yang pas dan dengan sebelah tangan kutuntun penisku ke mulut liang vaginanya yang sudah tergenang dan kucecahkan di sana. Kurasakan reaksi tubuh Ermita yang meregang saat bonggol penisku yang lezat bagi perempuan menyelinap ke mulut liang nikmatnya. Dan dalam landaan gejolak birahi remajanya yang minta ditudtaskan seperti juga aku yang sudah dikuasai syahwat, Ermita dengan nafas tersengal-sengal merintih, dia tahu sebentar lagi kegadisannya akan kuambil. Kedua tangannya dipanggulku. “Pelan-pelan, Om”, isaknya lirih.

“Pelan-pelan apa sayang?” tanyaku tersengal, pura-pura bertanya.
“Pelan-pelan ngambil perawanku”,°
“Kalau pelan-pelan ndak enak, Ermita. Om mau mendobrak kegadisanmu, merobek selaput daramu dan melumatnya sampai tak bersisa lagi.”
“Mita takut sakit banget Om,” mulutnya mengatakan itu tetapi tarikan nafasnya dalam sekali menahan hasrat birahi yang minta segera dipenuhi. “Nanti Mita di sekolah diketawain jalan ngangkang.” Aku tak tahan menahan tawa, dan Ermita juga tertawa. Birahi kami agak mongendor karenanya. Lalu aku kembali melumat mulutnya, lalu gumpalan dada dan putingnya, Dan penisku kembali kubenam mesra di celah labia di mulut senggama-nya. Aku sudah tidak tahan lagi. Kudorong lebih dalam dan kurasakan ujung kepala penisku menyentuh hymen-nya, itulah santapan lezat bagi kepala butuhku.. “Sekarang ya Ermita?”

“Hmmh”, dia tersengal.
“Om dobrak ya?”
“Hmmh”, dia tersengal lagi mengusapkan jepitan pahanya ke panggulku.
“Om pecahkan selaput daramu ya sayang? Om ambil kegadisanmu ya?”

“Mmmh, ambillah Om, Mita serahkan buat Om”, dia sudah menyerahkan perawannya untuk diambil olehku dengan cara apa saja yang aku maui. Kulumat mulutnya, kuremas dadanya dengan sebelah tanganku. Kuperkuat posisi lututku di kasur dan bagaikan Ronaldinho yang mendapat umpan manis dalam kejuaraan Piala Dunia, dengan satu gerakan indah akupun mendobrak masuk ke gawang Ermita. Kurasakan selaput daranya robek diterjang kepala penisku. Dia menjerit lirih, cepat kusumpal mulutnya dengan mulutku dan kubenamkan penisku lebih dalam. Kulihat airmatanya keluar. Duhhh nikmatnya. Betul-betul nikmat, baru sekali ini aku menikmati gadis perawan. Kurasakan dia menjepit keras batang kejantananku. Kucium keningnya. “Sakit sayang?”

“Perih”, bisiknya di telingaku. Aku tak bisa menunggu lama, birahiku yang menggelegak minta dituntaskan.
“Om lanjutkan ya sayang?” Dia tidak menjawab. Kutikamkan lagi tombak tumpulku sehingga terpuruk sampai ke pangkal. Kulihat matanya basah dan keringat keluar di bawah anak rambut, di alis dan ujung hidungnya.
Tapi aku sudah tidak sabar. Segera saja dia kugenjot. Untuk mengalihkan perhatiannya dari rasa perih kuganggu dia.

“Kamu masih perawan sekarang Ermita?”, kugenjot dia dua kali lagi.
“Ya tidak lagi dong”, dia mendesis dan mencubit lenganku. Sesudah sepuluh genjotan lagi keluar masuk memiawnya tampaknya dia sudah tidak merasa perih lagi dan nafsunya bangkit lagi. “Siapa yang ngambil perawanmu?” kataku sementara terus kugenjot lagi.

“Om Robby.”
“Om Robby siapa? Pacarmu?” kugenjot dia terus dan dia mulai menanggapi dengan menggoyang panggulnya. Tampaknya perihnya sudah hilang digantikan oleh birahi naluri hewannya.
“Maunya iya, tapi ndak bakalan dapat.” Dan kini dia melingkarkan kedua tangannya di leherku dan mulut kami saling melumat lagi. Goyangan panggulnya juga semakin liar menyambut genjotanku. Aku tahu ini goyangan alami yang spontan, reaksi seorang perempuan berdarah panas, bernafsu besar. Kulumat lagi mulutnya. Nafsuku makin bergejolak. Dan seperti kesetanan kutusuk lagi dia lebih dalam sampai seluruh batangku tenggelam lagi dan kepala penisku menyentuh dasar rahimnya. Lalu kukocok dia habis-habisan. Entah berapa lama aku memompa dahsyat saat dia melolong ketika kupurukkan lagi batang kejantananku sedalam-dalamnya untuk menyemprotkan bongkahan-bongkahan spermaku ke celah paling jauh bilik rahasia peranakannya. Aku meregang tubuh dan berteriak dan dia juga berkelojotan, otot-otot vaginanya mencengkeram dan bagai memerah sperma batang kelelakianku sampai kering sembari tangannya menarik kepalaku lalu mulutnya lengket menghisap mulut dan lidahku. Rupanya dia juga orgasme dengan hebat, walau pada saat-saat terakhir tadi aku tak peduli dia lagi. Aku hanya memikirkan kenikmatan bagi diriku, hendak mereguk dia sepuas-puasnya, karena bukankah ini adalah jual-beli? Aku hendak menikmati yang dapat dibeli uangku dengan sebaik-baiknya. Tapi ternyata diapun sangat menikmati keseluruhan permainan itu. Karena dia juga terang sangat menikmati saat perawannya kurobek walau perih. Aku tahu betul itu.

Aku masih menggerak-gerakkan penisku beberapa saat dalam lobang vaginanya dan masih terus menghimpitnya beberapa lama. Dan setelah semuanya reda baru aku turun dari tubuhnya. Segera aku turun dari pembaringan pergi ke kamar mandi. Kuperiksa penisku yang masih panjang setengah tegang. Kulihat serabut-serabut jaringan merah darah lengket di rambut kemaluanku, dan juga batang penisku berlumar campuran sperma dan lendir warna merah jambu. Setelah kubersihkan aku ke luar kamar mandi masih bertelanjang. Kulihat dia sudah duduk di pembaringan. Di bekas tempat dia berbaring di bagian panggulnya juga kulihat cairan merah jambu bercampur serabut merah seperti yang kulihat di penisku.

Aku tak berbicara apapun kepadanya. Entah mengapa setelah berhasil mendapatkan kegadisannya aku jadi sinis dan jijik. Perempuan ini pelacur yang menjual keperawanannya. Entah kepada siapa lagi dia jual dirinya sesudah ini. Aku membungkuk mengambil dan memeriksa kantong jas-ku. Di sana sudah kusiapkan pil anti hamil yang kubeli di rumah obat sewaktu jam makan siang tadi dan uang tunai yang kutarik dari bank-ku tiga juta. Masih bertelanjang kuberikan uang itu padanya. “Ini uang kekurangannya Ermita. Dan ini pil anti-hamil. Tetapi sesudah ini tolong, tidak ada lagi hubungan antara kita. Aku tak mau lagi melihatmu berdiri di depan pintu halaman rumahku. Dan jangan lagi pernah menegur aku kalau kita berpapasan.”

Kulihat dia termangu. Barangkali tak pernah dia menyangka aku akan sampai hati mengatakan itu. Tapi aku tak peduli. Aku memang ingin hubungan antara aku dan dia berakhir sampai disini saja. Aku harus melindungi nama dan martabatku di depan umum.

Dikenakannya kembali semua pakaiannya. Diambilnya pil anti hamil, melangkah ke pintu membuka kunci dan keluar meninggalkan kamar. “Kok kamu tidak bawa uang ini?”, teriakku. Tidak menjawab dia terus melangkah berjalan ke pintu samping ke garasi lalu keluar ke gerbang terus ke jalan dengan rambut awut-awutan persis pelacur murahan yang baru saja digarap habis-habisan.

Sudah tiga bulan berlalu, ketika aku menerima kabar itu dari Andi lewat telpon.
“Om, Om masih ingat Ermita yang Om tolong antar pulang beberapa bulan yang lalu?”
“Iya kenapa Andi”, tanyaku berdebar.
“Dia dikeluarkan dari sekolahnya Om, karena hamil. Untung deh bukan aku yang ngerjain Om.”
Aku bergidik, kurasakan keringat dingin memercik. “Sejak kapan itu Andi?” aku berusaha keras agar tidak ada perubahan pada nada suaraku.

Popular : Cara Bikin Penis Tahan Lama Dan Besar 

 

“Kurang jelas, tapi saya dapat kabar hari ini dari temannya. Anaknya memang aneh Om. Penampilan di luar kayak malu-malu dan alim, tetapi rupanya makan dalam.”

Intuisiku mengatakan aku akan mendapat masalah besar. Apakah Andi curiga dan menduga-duga? Mengapa dia menelpon aku memberitahu ini?

Dan benar saja. Masih jauh mobilku dari gerbang, aku sudah melihat dia berdiri di sana. Kuhentikan mobilku, membuka pintu untuknya, dan kuteruskan mobilku masuk ke garasi.
Kumatikan mesin mobil dan aku memandang kesamping melhatnya lebih teliti. Matanya sembab karena menangis.
“Om… saya hamil”, dan tangisnya tumpah meledak. “Saya diberhentikan dari sekolah, Om… Om tolonglah saya.” Dia menoleh padaku menghiba. “Saya ndak tahu apa yang mesti dilakukan Om.” Dia tersedu-sedan. Wajahnya penuh airmata.
“Kenapa jadi begini, Ermita? Apakah tidak kamu gunakan pil itu?”

“Pil itu tidak mempan Om. Mens saya terus saja tidak datang lagi sejak itu,” dia terisak-isak..
“Bagaimana sekolah bisa tahu sedang perutmu belum kelihatan sama sekali, aku melihat ke perutnya yang tampak masih saja ramping.

“Itu kesalahan Mita, Om. Mita curhat sama teman bilang takut mens Mita tidak datang, tapi dia rupanya mengatakan sama semua orang sampai guru dan kepala sekolah memanggil Mita dan dibawa paksa ke dokter kandungan.”

“Apa kata dokter itu?”
“Mita katanya positif hamil Om.”

Aku tercenung. Apa yang harus kulakukan? Aku tak berani membawa dia ke dokter pengguguran kandungan. Koran-koran sedang ribut memberitakan dokter aborsi gelap yang ditahan polisi karena pasiennya meninggal. Perhatian umum lagi kesana. Aku bisa masuk penjara kalau terjadi apa-apa pada Ermita. Atau kubawa dia ke Singapura?

“Apa maunya kamu, Ermita?”, tanyaku setelah diam beberapa lama.
“Digugurkan supaya saya bisa sekolah lagi dan ujian dua bulan lagi”, dia tersengguk lagi.

“Tapi kamu kan sudah diberhentikan?”, tangisnya makin keras. Berhenti dari sekolah tampaknya pukulan sangat berat baginya. Tampaknya dia ingin sekali dapat menyelesaikan SMU-nya dengan ijazah. Aku kembali berpikir keras.

“Kamu menyebut namaku kepada temanmu atau kepada kepala sekolah atau orang lain?”
“Tidak Om, saya tidak menyebut mengenai Om pada siapapun, walau ditanya. Saya tahu semuanya salah saya. Biarlah mereka mengejek saya perek”.
“Kamu sudah bayar uang sekolah lunas?”
“Sudah Om.”
“Dan bayar uang ujian?”
“Juga sudah Om.”

“Om akan minta tolong bapaknya Andi untuk menggertak kepala sekolah itu supaya kamu dibolehkan ikut ujian. Dia saudara kandung Om, seorang kolonel yang disegani preman Pasar Senen. Biar kepala sekolah kurangajar itu ketakutan.” Aku mengkertakkan gigi, geram.

Tangis Ermita belum berhenti. Dia menoleh ke arahku.
“Dan bagaimana dengan perutku ini, Om?” Dia meletakkan telapak tangan di perutnya.
“Apakah kita harus membunuh dia?” Ermita terperanjat mendengar ucapanku. Dia menatap tajam. “Dia belum manusia!”, protesnya, “dia masih sperma orang kaya yang mau iseng!!”

“Tiga bulan dia sudah manusia, Ermita. Sudah ada kepalanya, sudah ada tangan, kaki dan jari-jarinya meskipun masih kurus. Dan menggugurkan kandungan juga berbahaya. Kamu bisa mati. Dan kalau kamu mati saya masuk penjara.”

“Jadi bagaimana?? Apa saya harus mengandung anak tanpa bapak ini sembilan bulan lalu dicemplungkan di kali?” Aku tak dapat menahan tawa dan dia juga jadi ikut tertawa dalam tangis.

“Kenapa tanpa bapak? Apa kamu memberikan dirimu pada orang lain?” Dia kembali menoleh padaku tajam. “Rupanya Om memang mengira aku ini lonte!” katanya setengah berteriak.

“Jadi bapak janin dalam perutmu itu kamu tahu aku kan?”
Dia jadi tenang, mengangguk.
“Ibumu tahu kemana kamu pergi?”
“Tidak, aku lari dari rumah.”
“Aku akan menyuruh orang memberitahu ibumu bahwa engkau tidak apa-apa supaya dia tidak melaporkan kamu hilang ke polisi.”
“Mengapa tidak mendatangi sendiri?” Aku diam.
“Dan aku?”
“Kamu tinggal dengan aku disini sampai anakmu lahir. Apa kamu tidak suka tinggal bersamaku di rumah ini?”
“Sebagai gundik?”

“Sebagai apa saja menurut anggapanmu”, kataku ketus. “Tetapi apa yang aku punya kamu boleh memiliki dan menggunakannya. Apa yang aku makan, kamu juga ikut makan. Kamar tidurku adalah kamar tidurmu juga, tempat tidurku adalah tempat tidurmu juga”, kataku dengan nada membujuk.

“Gundik”, katanya tertawa sinis. Aku tak menanggapi. Aku tak mau terperosok kedalam kerangkeng yang sama sekali tidak aku kehendaki. Aku hanya sedang mengendalikan situasi dengan kepala dingin kalau tidak ingin menghadapi masalah lebih sulit lagi. Dia bisa dihasut orang untuk mencari pengacara menggugat aku. Atau ini bisa menjadi berita suratkabar, bukan tidak mungkin aku diberhentikan perusahaan karenanya.
“Terserah kamu mau menyebut apa saja. Tapi aku tak akan memaksa kamu melakukan sesuatu kalau kamu tidak mau.”
Dia diam sebentar.
“Sampai kapan?”
“Sampai anakmu lahir. Aku akan minta penugasanku di sini diperpanjang enam bulan.”
“Anakku?”
“Anakmu dan anakku.”
“Sesudah itu bagaimana?”
“Kita serahkan dia untuk diasuh ibumu. Aku akan memberi dana seratus juta untuk kesediaannya. Dan kamu bisa melanjutkan ke perguruan tinggi. Aku akan memberi uang masuk.”
“Saya mau digugurkan saja”, katanya.
Aku mengkertakkan gerahamku menahan marah.
“Kamu mau apa tidak?!”, teriakku. Dia diam, lama, tapi tak menangis lagi.
“Oke, aku jadi gundik.” katanya akhirnya.
Dan jadilah Ermita tinggal bersamaku.
Aku menyetubuhinya setiap malam. Bukan hanya setiap malam, setiap pagi juga, dan saban pulang kerja saat masih siang hari. Dan bersetubuh dengan Ermita nikmat sekali, karena dia juga sangat menyukainya. Nafsu birahinya meledak-ledak. Seimbang dengan gelora syahwatku yang seperti badei dan meletup-letup setiap menggumulinya, memompanya selagi dia bergelayut di leherku. Tidak hanya di ranjang, tetapi juga di meja makan, di sofa, di counter dapur, di kamarmandi, di lantai beralas selimut atau di kursi. Dan aku mengajarinya bahasa Inggris, aljabar, IPA, civic dan lain-lainnya dari buku pelajaran sekolahnya, mempersiapkan dia ujian akhir.

“Gimana punya guru aku, Ermita?”
“Sip. Guru pinter, lulusan MIT, ngerti apa saja, dan habis ngajar bisa dijilat dan dikulum seperti es krim, dan ditunggangi seperti kuda. Kalau guru sekolah mana bisa”. Dia cekikikan dan aku memencet hidungnya.

Dan bersetubuh dengan dia dari hari ke hari semakin lezat. Dia semakin pintar mengetahui cara membawa aku ke puncak kenikmatan sejalan dengan keinginan dan keperluan birahinya yang terutama dia tunjukkan kalau menempati posisi di atas. Goyangan panggul dan sedotan liang nikmatnya benar-benar membuat aku ketagihan dan semakin jatuh cinta padanya.
Tetapi kesedihan itu datang. Ermita keguguran. Restroom bowl penuh darah.
Kularikan dia ke dokter kandungan terdekat. Mukanya pucat-pasi. Tapi aku lega dia selamat.
“Om, sekarang aku sudah bisa dicampakkan lagi”, katanya melingkarkan tangan di leherku saat aku mengangkat dan menggendongnya dari mobil masuk ke rumah.

Campakkan? Aku semakin terperosok jatuh cinta padanya. Apalagi yang kucari dalam hidup ini? Aku sekarang sudah mengenal Ermita, bukan saja semua bagian tubuhnya yang nikmat, tetapi juga pribadinya yang polos dan jujur. Dia juga cerdas, hanya kemiskinan sajalah yang akan menyebabkan dia tak bisa berkembang. Tapi berilah dia kesempatan mengenyam pendidikan. Dan aku tahu dia jatuh cinta banget padaku, suka sekali pada genjotanku dan ingin menjadi isteriku. Dan aku yakin dia akan menjadi isteri setia. Kami menikah dengan upacara sederhana yang hanya dihadiri beberapa orang termasuk ibu dan adik-adiknya. Dan Ermita ikut ujian akhir SMU dan lulus dengan nilai baik sekali.

Lima tahun kemudian seorang perempuan Indonesia yang audzubile cantiknya keluar dari kantornya, melangkah di trotoar jalan Broadway Avenue di jantung kota New York. Mengenakan blus sutra warna gading tanpa lengan dan rok span hitam setengah paha yang menunjukkan busungan dada, lekukan pinggang dan panggul sempurna yang bergoyang indah, sunglasses, tas tangan menggantung di samping kiri dan blazer disandang di bahu, dia kelihatan luar biasa cantik dan seksi sekali. Dia sedang menuju ke bangunan parkir bertingkat, kelihatannya hendak mengambil mobilnya.
“Hai nyonya”, tegurku. Dia menghentikan langkah, menoleh.
“Ihh kukira pengemis Jakarta minta recehan,” katanya.
“Bukan playboy bernama Om Robby?”, kataku tertawa.
“Iya playboy yang jadi bapak kedua anakku”, katanya.

Belajar Bersama Kakak

https://ceritadewasamesumhot.blogspot.com/2018/01/belajar-bersama-kakak.html








Cerita mesum ini berawal ketika aku belajar dan mempraktekkan apa yang ku pelajari kepada kakak dan pembantuku Iseng saja sebenarnya aku belajar hipnotis. AKu belajar dari seorang master hipnotis Tak ada maksud apa-apa Kurang lebih sebulan setelah belajar aku dirasa mampu untuk mempraktekkan ilmuku. Aku awalnya praktek kepada seorang sukarelawan yang ditunjuk oleh masterku Intinya hipnotis itu adalah dengan menggunakan objek yang mana korban harus paling tidak konsentrasi ke objek tersebut


Sebenarnya amat susah kalau menghipnotis seseorang apalagi orang itu bukan yang kita kenal Kurang lebih setelah dua bulan lamanya aku pun sudah bisa menggunakan ilmuhipnotis. Hipnotisku adalah dengan objek perkataan dan gambar spiral Aku masih kelas 2 SMA Tak ada yang menarik pada diriku cuma anak sekolahan biasa Satu-satunya yang menarik mungkin kak Linda Orangnya sudah kuliah cantik dan banyak cowok-cowok tertarik kepadanya. Tak ada satupun keluargaku yang mengetahui tentang kemampuanku menghipnotis orang Dan lucunya hal itu menjadi iseng ketika aku mencoba kepada mbak Linda Pulang kuliah kak Linda dianter ama pacarnya. Namanya Tono Tampak mbak Linda orangnya sangat tertutup dengan orang lain Dan karena pakaiannya sopan dan sikapnya yang baik orang-orang enggan kepadanya Dan kuliah Tono pun orangnya juga baik-baik teman sekampusnya baru jadian seminggu. Hari itu ndak ada ayah dan ibu Ayah dan ibu pergi ke arisan keluarga pulang baru hari kamis Total seminggu di rumah kami sendirian hanya ditemani Kelly pembantu kami Mbak Linda langsung masuk ke kamar ganti baju dan mandi. Setelah makan malam kami berdua nonton tv Mbak Linda tampak kecapean aku bisa melihat raut wajahnya yang kusut Gimana kampusnya mbak tanyaku Capek dik katanya Banyak sekali kegiatan. Sudah semester 2 kan harusnya lebih bersemangat lagi kataku Ntar juga kamu bakal ngerasain koq yang namanya kuliah gimana katanya Aku manggut-manggut TV menampilkan film action Kami berdua menontonnya tanpa bicara Sampai kemudian ketika iklan aku nyeletuk.
Kak aku barusan belajar hipnotis nih mau aku hipnotis tanyaku sambil nyengir Dia menatapku dengan tatapan aneh Belajar dari mana Dari internet belom dicoba sih tapi boleh dong kalau kakak jadi orang yang dicoba kataku Hahahah aku ndak percaya ama yang begituan katanya.

Aku lalu mengeluarkan papan yang bergambar spiral Lalu menyerahkannya ke kakakku Apa nih tanyanya Objeknya coba aja lihat klo bisa dan berhasil ya berarti berhasil kataku Kayaknya seru nih paling juga nggak bisa katanya sambil tertawa. Sudah lihat saja itu gambarnya mulai ya kataku OK ia masih ketawa kecil Ia sebenarnya tak tahu inti dari hipnotis adalah mendapatkan ijin dari korban kalau korban sudah menyetujui selanjutnya tinggal dari ucapan dan perintah kita saja sampai ia benar-benar dalam kekuasaan kita. Korban bisa menyetujui dengan cara mengiyakan dihipnotis ataupun dengan cara menyetujui ketentuan yang kita berikan atau perintah yang kita berikan Dan kakakku sudah masuk ke situ Bayangin saja itu spiral adalah sebuah jalan kakak ada di pinggir ujung spiral lalu tujuan kakak adlah ke tengah spiral itu kataku. Mbak Linda melihat gambar spiral yang ia pangku tersebut Ia mengurutkan garis spiral dari pinggir lalu ke tengah secara perlahan Jangan hiraukan suara lain selain suaraku kataku Ini adalah lapis perintah kedua Artinya apabila seseorang sadar dari hipnotis maka ia harus melewati kesadaran berlapis dulu baru sadar sepenuhnya Aku lalu mencobanya konsentrasinya. Aku keraskan volume tv sejenak Mbak Linda tak beranjak dari papan spiral itu AKu paling tidak harus melakukan lima lapis kesadaran Kemudian satu-satunya yang mbak patuhi adalah suaraku setelah aku panggil nama mbak diulang tiga kali Linda, Linda Linda kataku Kalau mengerti mengangguklah. Mbak Linda mengangguk Kemudian mbak akan sampai kepada titik tengah spiral. Apabila sudah sampai mbak akan terasa lelah matanya sangat berat dan mengantuk Maka tidurlah kataku.

Tak berapa lama kemudian mbak Linda tertidur di sofa ia tampak benar-benar Aku mengecilkan volume tv Dia sudah dalam lapis keempat Lapis kelima sekarang Mbak akan mematuhi apapun yang saya inginkan dan katakan apabila aku bertepuk tiga kali lalu memanggil namamu tiga kali Linda, Linda, Linda, segera sadar dari pengaruh hipnotisku. Kalau mengerti mengangguklah kataku Ia mengangguk Bagus deh Artinya kalau ingin sadar ia harus melewati lima kali kesadaran Dan itu tidak mudah Aku pun mencoba iseng Sebenarnya aku udah lama ingin melihat toketnya mbak Linda yang terlihat menonjol dari Kaosnya itu Linda, Linda, Linda”, panggilku.
Mbak Linda menjawab iya Buka BHmu dan tunjukin dadamu kataku Mbak Linda pun dengan mata terpejam meraih tali Bra-nya di punggung Lalu ia menaikkan kaosnya Tampaklah olehku pemandangan yang sudah sangat lama ingin aku lihat Mulusnya bongkahan putih itu Dadanya putih putihnya pink. Sempurna dan gedhe Aku lalu menyentuhnya kuremas dan kutekan putingnya itu Ohh…rasanya luar biasa Aku lalu mendekatkan diriku ke dadanya kuciumi dada itu Kukecup lembut kuhisapi pentilnya Mbak Linda hanya mendesah dalam pengaruh hipnotis ia bisa merasakan sensasi ini. Aku lalu menghentikan aktivitasku Wah kalau ketahuan Kelly berabe nih Aku lalu mematikan tv dan membopong mbak Linda Aku masuk ke kamarnya dan kuletakkan ia di atas ranjang Aku kunci pintu kamarnya lalu melakukan apa yang aku lakukan tadi di sofa. Oh…Mbak…hmmm aku mengenyot putingnya bergantian kiri dan kanan Mbak Linda hanya naik turun nafasnya mendesah
Kalau memang enak mbak boleh menggerakkan badan sesuka mbak tapi mata tetap tertutup ya kataku Benarlah mbak Linda mulai meremas kepalaku. Ia seakan-akan tak mau melepaskan kenikmatan ini Dadanya aku ciumi dengan rasa sayang dan ketika aku jilati bagian pinggir payudaranya ia menggelinjang hebat sepertinya itu G-spotnya aku teruskan dan ia makin mencengkram kepalaku ia peluk erat kepalaku Aku lalu bergelirnya ke perutnya kuciumi pusarnya lalu aku tatap wajahnya Cantik sekali mbak Lindaku ini.

Popular : Obat Maximoz 
 
Aku ingin sekali mencium mbak Linda dari dulu aku lalu menempelkan bibirku ke bibirnya Mulutnya yang sedikit terbuka aku jelajahi dengan lidahku Kuhisap salivanya dan kutelan. Kuciumi apapun yang ada di wajahnya Bau rambutnya sangat harum dan aku masih meremas toketnya yang gedhe tadi Penisku sudah on dari tadi sebenarnya Aku lalu melepas celanaku hingga tubuh bagian bawahku telanjang Mbak Linda sekarang duduk kataku. Mbak Linda lalu duduk masih memejamkan matanya dan lemas Aku tuntun tangannya memegang penisku oh nikmat sekali Mbak anggap yang mbak pegang ini lolipop kulumlah tapi jangan digigit jilati dan hisap kataku
Mbak Linda lalu membungkuk Aku yang duduk di atas ranjang itu hanya melihat aksinya. Mula-mula ia jilati penisku persis seperti lolipop Lalu ia kulum…..aawwww…itu lidahnya menari-nari di dalam mulutnya Ia jilati punyaku seluruhnya hingga basah Mbak boleh mengocok pake mulut kalau mau kataku Dan mbak Linda nurut saja kini kocokan mulut hisapan dan jilatan menyatu membuat sensasi penisku serasa ngilu Aku masih perjaka lagian Ohh…nikmat banget. Aku meremas toketnya dengan gemas Mbak Linda pelan sebenarnya oralnya cuman enak banget bener-bener penisku dijadiin lolipop OOuuuwwww,….mau keluar nih……Kalau sesuatu keluar telan ya kataku
Ooowww…ndak kuat lagi…aaaaaa…aaa…AAAAHHHHH…Croott..croott.. ..crooot…croott…Muncratlah pejuhku di dalam mulutnya Ia menghentikan aktivitas ngocok dan menjilati spermaku Lalu ia telah semuanya Aku bisa mendengar suara tenggorokannya menelan sesuatu Glup Aku lemas
Sudah mbak Sekarang mbak tidur saja kataku Mbak Linda berbaring. Aku membetulkan branya lalu aku memakai celanaku lagi Mulai sekarang mbak kalau aku panggil patuh pada perintahku mengerti Mbak Linda mengangguk Baguslah sekarang hitung sampai seratus lalu sadar kataku
Satu….dua…tiga… mbak Linda mulai menghitung. Aku lalu keluar kamarnya dan masuk ke kamarku

Lemes deh….nikmat banget mbak Linda sepongannya Esoknya hari minggu Mbak Linda keluar kamar dengan wajah sayu Ia tak sadar apa yang terjadi tadi malam Aku menonton film kartun saat itu Aku menoleh kepadanya. Kemarin aku koq bisa ada di kamar ya tanyanya Lha kan mbak sendiri yang masuk kamar kataku Ahh…ndak inget katanya Hari itu mbak Linda ada acara keluar jalan-jalan bersama teman-temannya. Jadilah aku di rumah sendirian Hanya ada Kelly di rumah menemaniku Oiya Kelly ini cewek masih single usianya sudah 34 tahun Dan dia jadi pembantu di rumah ini sudah lama Kelly sendiri seorang janda anaknya berada di desa diasuh oleh orang tuanya. Dan di kota ia mencari penghidupan yang layak Aku kemarin bisa menghipnotis mbak Linda apakah bisa juga kepada Kelly Iseng lagi ahn Denoook kataku Ya Den katanya.

Ia memakai T-Shirt dan celana pendek Tubuhnya sintal ndak gemuk juga ndak kurus Toketnya biasa saja sih wajahnya juga ndak jelek-jelek amat Hitam manis kalau boleh kunilai. Lagi ngapain tanyakun Lagi bersihin dapur kata Kelly Perlu apa Den Coba duduk sini kataku Kelly bertanya-tanya mau apa majikannya ini Aku sedang belajar hipnotis nih boleh nggak jadi subjeknya tanyaku  Emang bisa tanyanya. Yaaa….namanya juga nyoba Tenang aja deh ndak bakal aku apa-apain lagian juga belum tentu berhasil kataku Aden ini ada-ada saja udah ah mau lanjutin kerjaan saja katanya Eeee…tunggu dulu sebentar saja koq Kalau tidak bisa ya udah kataku Tapi cuman sebentaaar saja Kelly menghela nafas. Ia agak aneh juga bahkan mungkin ia mengira aku tak akan berhasil Baiklah pertama aku ingin dirimu rileks dulu kataku Kelly menghela nafas lagi Ia mungkin mengira ini cuma permainan anak kecil yang harus ia turuti Maklum sejak kecil ia sudah bekerja di sini Bukan begitu Denook yang rileks santai gitu lho kataku. Iya, iya katanya. Tak perlu kuceritakan lagi bagaimana langkah-langkah hipnotisku Sebab caranya sama seperti apa yang aku lakukan kepada mbak Linda Dan…..Kelly sudah dalam pengaruhku Berhasil juga ternyata kepada pembokat sendiri Kini Kelly hanya menatap dengan tatapan kosong Siap menerima perintahku Aku mulai horni nih Kelly, Kelly, Kelly kataku Iya den jawabnya dengan tatapan kosong Kamu patuh kepada perintahku iya katanya sambil mengangguk Apa pendapatmu tentang diriku tanyaku. Aden itu orangnya suka males dan kelakuannya jelek Suka godain diriku pokoknya ndak suka deh kata Kelly wah ternyata dia ndak suka kepadaku Dulu waktu kecil sih lucu setelah gedhe aden jadi nakal suka keluyuran kemana-mana padahal kalau baik Kelly pasti suka Ini jujur tanyaku Iya kata Kelly.


Aku koq jadi gemes dengan pembokatku ini Baiklah buka bajumu kataku Kelly patuh saja kepadaku Ia buka bajunya Tapi cuma T-Shirtnya saja Aku bisa lihat ternyata dadanya besar juga. Selama ini Bra-nya-lah yang membuat ia seperti mempunyai dada kecil Dan aku bisa melihat tonjolan bongkahan yang padat dari kedua bra-nya Shit Jadi konak diriku Maksudku semua bajumu sampai tidak memakai apapun kataku. Akhirnya Kelly pun melepas satu per satu bajunya Sementara celanaku sudah sesak aku pun terpaksa melepaskan semua bajuku sekalian Kini kami berdua telanjang Kelly duduk di sofa sambil menatap dengan tatapan kosong lagi Shit beneran toketnya gedhe Putingnya berwarna coklat tapi kulitnya mulus aku melihat ke bawah.
Wah dia rajin cukur bulu bawah sana ternyata Aku mengamati seluruh tubuhnya ternyata Kelly ini montok aku lalu mendekat ke wajahnya dan kucium bibirnya Sedapnya Setelah dilihat-lihat ia tak hanya hitam manis tapi juga bikin aku horni Itu toket gedhenya. Kelly kamu patuh padaku-kan  tanyaku Ia mengangguk Pernah bercinta tanyaku Pernah jawabnya Aku ingin kau anggap aku ini suamimu cintailah diriku dengan rasa cinta yang sangat dalam melebihi apapun Anggap rasa cintamu padaku saat ini seperti balon yang kecil. Lalu perlahan-lahan balon itu kau tiup besar makin besar, besar, besar jangan khawatir sebab balon itu tak akan bisa meletus tapi hanya bisa membesar dan mengecil Dan tiuplah balon itu sampai sangat besar melebihi apapun kataku Kelly memejamkan mata Sesaat kemudian ia membuka matanya dan melihatku. Aden panggilnya Kelly kataku Ia langsung memelukku Dadanya membuat penisku makin keras mengacung Ia menubrukku di sofa Wajah kami saling berhadapan Apa ia tak sadar kalau tak berpakaian Aden Kelly cinta ama aden sangaaaat cinta katanya. Aku lalu menciumnya kami pun berpanggutan Baiklah keperjakaanku buat Kelly saja Lagi pula aku sudah horni Kami saling berpanggutan aku lalu menghisap teteknya yang gede itu. Alamaaaakkk…nikmat banget kuhisap kiri dan kanan kukenyot dan kuremas Kenyal sekali Baru kali ini aku menetek setelah sekian lama Adeeen….oucchh…he-eh den itu Netek sama Kelly katanya.

Kelly kini merebahkan dirinya ia pasrah kuhisapi teteknya Aku lalu ke bawah dan kuciumi perutnya putingnya masih kumainkan ia menggelinjang Lama-lama aku pun ke bawah makin kebawah dan kusapu itu vaginanya dengan lidahku. Ia menggelinjang hebat Kujilati tempat kewanitaan itu Rasanya asin aku terus hisap dan kujilati hingga sangat basah Kelly pun tak kuasa lagi ia meremas-remas kepalaku lalu pahanya mengempitku sambil ia bangkit Awww….deeeenn….Kelly keluar niii katanya Aku lalu bangun Punyaku sudah mengacung Ingin masuk saja sepertinya Aku lalu menciumi bibirnya lagi kami berpanggutan lagi Lidah kami sailng menghisap Aku siapkan rudalku dan kutindih Kelly. SLEBB…awww…adududuh…..enak…gini ya rasanya Penisku seperti disedot-sedot di vaginanya Masalahnya ini vagina koq ya sempit ya bukannya Kelly sudah punya anak Dan apa ini karena ia tak pernah dipake Enak den, ….terus…entotin pembantumu ini katanya Aku tak berlama-lama kugenjot itu vagina. Kelly merintih-rintih keenakan ia meneriakkan namaku berkali-kali aduh baru juga 10 menit nih goyang Rasanya sudah diujung Enak banget Maklum aku masih baru pertama ginian aku pun keluar Pejuku muncrat di dalam rahimnya. CROOOOTTT…..CROOOOTT…..CROOTTT… Aaaahhh…adeeeenn….aww….awww….panas itunya katanya. Kubenamkan lama di dalam sana Kelly memelukku Baru pertama ya den tanyanya I…iya kataku Dulu suamiku juga baru pertama kali gituan cepet katanya Nikmat ndak kataku Iya sih kan Kelly keluar dulu cinta katanya genit. Aku perlahan-lahan cabut penisku yang masih tegang itu Ngilu rasanya keluar di dalem Tapi nikmat banget Aku arahkan penisku ke mulut Kelly Ia jilati sisa-sisa sperma yang nempel di penisku Wow ia lakukan itu seperti seorang pro Baiklah sekarang aku puas Setelah itu kusuruh ia berpakaian dan melanjutkan pekerjaannya Tapi dengan satu catatan ia tak boleh menunjukkan cintanya kepadaku kecuali aku minta. Pengaruh hipnotisku jalan
Malamnya mbak Linda sedang di kamar Ayah dan ibu sudah tidur cuma diriku saja yang ada di ruang tamu nonton tv Ah sialan koq aku jadi horni ya Memang sebenarnya kepingin sih kalau aku gituan sama mbak Linda Baiklah kutunggu agak malaman aja Lama menunggu akhirnya sudah jam 12 malam Aku mengetuk pintu kamar mbak Linda.

Mbak masih bangun tanyaku Kenapa dik Eh dia masih bangun Boleh masuk tanyaku Iya katanya Aku pun masuk Dan mbak Linda pakai t-shirt dan kuyakin dia tak pake BH juga celana pendek. Sial bikin aku berdebar-debar aja Aku lalu panggil dia Linda, Linda, Linda Dia yang sedang sibuk menulis mungkin PR langsung tegap duduknya Ia taruh pensilnya dan menatap ke depan dengan pandangan kosong Aku sudah ndak tahan lagi nih. Aku lalu melepaskan semua bajuku Kuhampiri mbak Linda lalu kupeluk dia dari belakang kucium bau rambutnya kumasukkan kedua tanganku ke dalam t-shirtnya dari bawah Aku lalu raba dadanya Nah kan ndak pake Bra Aku lalu Melepaskan t-shirtnya kuangkat tangannya sedikit hingga tampak ketiaknya yang putih itu Aku tempelkan penisku yang sangat ngaceng itu ke punggungnya. Mbak apakah mbak cinta aku tanyaku Iya sangat cinta Aku melihat puting susunya yang mengacung ke atas membuatku gemas untuk mencubitnya maka jemari tanganku pun bergerilya meremas toketnya Kupuntir-puntir putingnya mbak Linda menarik nafas lalu ia mengeluh. Nikmati saja mbak lepasin juga dong celananya Mbak Linda lalu berdiri dan menurunkan celana pendeknya hingga tampaklah olehku CD-nya. CD-nya juga kataku
Ia melepaskannya juga Sekarang kami berdua telanjang Aku berdiri di hadapannya lalu mengisap teteknya Kujilati dan kuhisap sambil kupeluk kakakku yang sudah terhipnotis itu Aku tarik dia lalu kubaringkan dia di tempat tidur Kuciumi dua bukit kembar itu sambil kugigit sekali-kali perjalananku ke bawah ke perut lalu kulihat memeknya yang ditumbuhi sedikit bulu. Aku membuka pahanya lebar-lebar kobelai pahanya dan kuciumi bibir vaginanya Lalu aku jilat klitorisnya lidahku pun menari-nari di sana Harum sekali baunya apakah mbak Linda selalu merawat ini

Mbak Linda menggelinjang berkali-kali ia mengeluh Diremasnya rambutku dan aku terus-menerus melanjutkan aksiku sambil kuremas toketnya Dik mbak mau pipis dik oooohh…aaaahhh… kata mbak Linda. Benar Ia mengejang hebat sambil mengempit kepalaku beberapa saat Aku menghentikan aksiku Tampak pejuh berhamburan keluar dari vaginanya Tempat kewanitaannya sangat basah Aku lalu duduk dan bersiap memerawani kakakku sendiri Perlahan-lahan kugesek-gesek lembut ke bibir vaginanya. Mbak Linda menggelinjang Rasanya sungguh nikmat Aku tak mau menyakiti mbak Linda aku ingin berusaha lembut Aku lalu mendorong pinggulku penisku perlahan masuk SLLEEEBB…ougghh…sempit banget tapi agak lancar karena ada pelumas tadi Aku dorong dan mbak LInda menjerit AWWwww….sakit dik aduuuhh… katanya Aku dorong selaput daranya hingga robeklah dia Aku tak bisa berhenti begitu saja Aku istirahatkan sejenak punyaku Lalu kudorong lagi perlahan Ketika mbak Linda kesakitan aku hentikan begitu terus sampai mentok Nikmat sekali punyaku disedot-sedot Aku tarik lalu perlahan kudorong lagi ouuuggghh….nikmat. Aku tindih tubuh mbakku Aku peluk dan kuhisapi teteknya lalu kukulum dia Kemudian kugoyang pinggulku maju mundur perlahan Lama-lama rasa sakit itu sudah hilang mbak Linda pun hanya bisa bilang ah dan uh saja Aku bisa lihat tetek mbak Linda naik turun dengan goyangan perlahan pun woohhh impianku selama ini akhirnya terkabul juga Clek,,…clek…cleek…cleek… suara becek gesekan vagina dan penisku terdengar di kesunyian malam ini. Aku rasanya sudah ndak tahan nih udah mentok di ujung Paling tidak aku tidak secepat tadi pagi dengan Kelly Ouughh…nikmat banget udah…ndak tahan…..keluar di mana ya Mbak keluar nih kataku Mbak sudah keluar dari tadi dik…ah…aah…ahh… kata mbak Linda Ia masih menatapku dengan pandangan kosongnya Di dalem ya AAAHhhhh…. jeritku. Creeett…..crettt…..creeetttt…sperma akhirnya keluar dan kubenamkan di dalam rahim mbakku Aku tak mencabutnya hingga habis Aku pun lemas kupeluk mbak Linda Tampak di vaginanya keluar sedikit cairan putih dan merah darah selaput daranya Aku lalu tiduran di sampingnya. Ia memejamkan mata mungkin kelelahan karena aksiku tadi Aduh gimana ya nanti klo hamil Aku bingung juga nih Lama aku berpikir tentang tindakanku ini Memang sih aku kepingin ngentot ama kakakku tapi klo dia tahu aku menghipnotisnya…aduh…gimana nih.

 Aku lalu melihat mbakku yang mendengkur halus Ia ternyata sudah tertidur Melihat toketnya yang padat itu aku jadi horni lagi aku lalu miringkan tubuhnya sehingga tampaklah bongkahan pantatnya. Penisku mengeras lagi dan aku tanpa pikir panjang langsung masukkan ke vaginanya dari belakang SLEBB…aww…masih sempit juga Malam itu pun aku mengerjainya lagi sambil ia tertidur Paginya ia tak ingat lagi kejadian tentang tadi malam Pagi seperti biasa ibu dan ayah pergi ke kantor. Mbak Linda ke kampus aku sendirian di Rumah Kelly tampak sedang membersihkan rumah Aku berdiri di depannya Kelly, Kelly, Kelly katakum Seketika itu ia menjatuhkan sapunya dan berkata Iya den Aku turunkan celanaku Muncullah burungku Isepin dong kataku. Dengan patuhnya Kelly berjongkok dan langsung melakukan blow job Ahh…nikmat banget Ia mengulum penisku seperti permen sambil tangan kirinya mengocoknya Punyaku yang tidur langsung tegang dan bereaksi Kelly yang sudah ahli ini tak butuh waktu lama untuk bisa membuatku hampir klimaks. Sudah, sudah…buka bajumu kataku Ia berdiri dan melepaskan bajunya satu demi satu Aku lalu memeluk dan menciuminya kuhisap teteknya dengan lembut Lalu ia kutuntun untuk bersandar di sofa Ia menungging dan kumasukkan penisku ke tempatnya BLESS…aww..nikmat….aku pun bergoyang maju mundur Pantatnya yang semok itu membuatku sangat bergairah Aku meremas teteknya sambil kuhujamkan penisku dalam-dalam aaahh…ahh…ahh…ahhh..oowwcc…ooucchh… aww. ..aahh…uh…uh… hanya itu yang keluar dari mulut Kelly Oww…sial aku keluar Kelly berlutut ayo hadap sini kataku Ia lalu berlutut dan menghadap ke diriku Buka mulutnya kataku Ia membuka mulutnya Kukocok penisku yang mau keluar itu dan Crooottt…..crott…..crooott…tumpahlah sperma ke mulutnya itu Bersihkan kataku Ia menjilati sperma yang ada di penisku Jangan lupa telan ya kataku. Kelly pun menjilatinya dengan rakus dan menghabiskan menu sperma hari ini Setelah bersih ia kusuruh pakai baju lagi Begitulah setiap hari malam hari aku ngentotin kakakku dan pagi hari atau siang hari aku dengan Kelly Paling tidak sebulan lamanya hingga kemudian aku ingin berterus terang dengan mbak Linda bahwa hampir setiap malam aku begituan dengan dirinya.

Kesenangan Dengan Guru Privat

BUNGAN DENGAN GURU PRIVAT



https://ceritadewasamesumhot.blogspot.com/2018/01/kesenangan-dengan-guru-privat.html







Cerita Nakal Ibu - Guru Privat Ku Juga Guru Seks Ku  Namaku Acong sebagai anak laki-laki yang sedikit bandel. Kalau di rumah malas untuk belajar dan kedua orang tuaku selalu menyuruhku untuk belajar  saat jam pelajaran di sekolah usai. Rutinitas seperti ini membuatku sangat bosen dan suntuk. Orang tua ku yang selalu uring-uringan menyuruhku untuk belajar. Saat ini saya menginjak usia 16 tahun yang duduk di bangku SMA kelas 2.rang tua ku selalu kekeh untuk menyuruh ku belajar terus menerus  entah apa yang ada di pikran orangtua sehingga aku jadi tertekan begini Hingga akhirnya orang tua ku capek mengingatkan aku terus menerus untuk belajar karena pada saat aku di suruh belajar aku selalu kabur dari rumah Beberapa hari kemudian saat aku pulang dari sekolah aku melihat wanita bersama orang tua ku di ruang tamu yang sedang mengobrolEntah...apa aku gak tau apa yang di bicarakan mereka. Seperti biasa selepas pulang dari sekolah aku bergegas ganti baju dan kabur dari rumah supaya tidak di suruh lagi orang tuaku untuk belajar. Seketika aku mau pergi dari rumah yang melewati mereka yang sedang ngobrol aku di panggilnya sebentar sama Ibuku Ntah di suruh lagi dalam pikiranku. Lalu aku menghampiri nya dan di kenalkan sama wanita itu, yang ternyata adalah guru privatku Astaga...

begitu pusing aku mendengarnya dari ucapan ibuku. Namanya adalah Tante Siska. Sekilas Tante Siska orangnya enak di ajak ngobrol dan berwajah cantik dengan tubuh yang ideal. Pikiranku yang nakal seketika nurut aja ketika melihat Tante Siska. Karena di dalam pikranku langsung menerima getaran - getaran asmara terhadapa Tante Siska. Tante Siska yang kini berusia 25 tahun dengan tubuh yang tinggi kulir bersih  dengan pantat yang berisi dan yang satu ini dengan payudara yang sekal.Bah...pinter kali orang tua ku ini memilih guru privatucap ku dalam hati. Saat itu semangat untuk belajar jadi berkobar dan semangat. Sebagai pelajar yang bandel dan malas belajar kini aku berbanding kebalik dengan datangnya bidadari montok yang muncul dari surga. Seringlah aku dan Tante Siska di rumah yang kebetulan tiap harinya orang tua ku pergi keluar kota untuk memantau proyek nya. Aku jadi akrab dengan guru privatku ini tante Siska Dan lama-lama aku jadi deket dengan nya semenjak aku di tinggal orang tua ke luar kota. Di rumah pun kalo orang tuaku sedang pergi tidak mengawasi aku dalam bimbingan belajar privat aku dan tante Siska menonton TV atau film Aku senang sekali di temani dengan Tante Siska sekalian guru privatku ini. Orang tuaku yang lama kelamaan begitu sibuk untuk cari uang dan sering banget pergi keluar kota. Sehingga aku dan Tante Siska jadi akrab saja sampai-sampai kami tak ada batasan antara murid dengan guru. Guru Privat Ku Juga Guru Seks Ku Kalo capek waktu mengajar kami sering tiduran di satu tempat tidur bersama Dan Tante Siska seprtinya sudah tidak risih lagi terhadapku Nah pada saat itu Tante Siska yang sedang berganti baju di toilet dengan pintu terbuka aku melihat di depan mata ku sendiri dengan separuh telanjang Dan aku suka menangkap basah Tante Siska yang sedang dengan tubuh polosnya tanpa kain di depan kaca selepas mandi Tante Siska sudah menganggap rumah ku sebagai rumahnya juga dan aku sih tak masalah dan senang-senang saja.


Karena dengan kedatangan Tante Siska aku jadi betah di rumah saja Saat kejadian selepas mandi aku jadi hafal saja dengan tingkah Tante Siska dengan melilitkan handuk dan setelah itu handuk nya pasti di gantungkan deket pintu kamar mandi Tapi terkadang aku suka menangkap basah Tante Siska lagi berpolos tubuhnya mematut di depan kaca sehabis mandi Beberapa kali kejadian aku jadi hapal kalo setiap habis mandi Tante pasti masuk mengaca di cermin deket kamar mandi dengan hanya melilitkan handuk dan sesampai di ruang santai sebagian handuk kecilnya pasti ditanggalkan Beberapa kali kejadian aku membuka kamar mandi dan Tante yang nggak dikunci Aku kepergok Tante Siska masih dalam keadaan tanpa sehelai benang sedang bengong dan dudukan di taman halaman belakang Ntah aa yang sedang di pikirkannya Lama-lama aku sengajain aja setiap selesai Tante mandi beberapa menit kemudian aku pasti pura-pura nggak sengaja buka pintu dan pemandangan indah terhampar di mata liarku Sampai suatu ketika mungkin karena terdorong nafsu birahi menjadi nafsu yang liar Saat melihat Tante sedang rebahan di sofa ruang belakang kasur tanpa pakaian Matanya terpejam sementara tangannya menggerayang tubuhnya sendiri sambil sedikit mendesah dan merintih. Aku sedikit kaget di balik tembok tante menikmati nya dan aku melihat pemandangan itu Lama aku menikmati pemandangan itu Kontolku jadi berdiri tegak di balik celana pendekku Aduh. . . inikah pertanda kalo abg sedang birahi Dalam hatiku Aku terlena dengan melihat Tanpa sadar tanganku memegang dan meremas-remas kontolku sendiri yang menjadi tegang Tiba-tiba aku seperti pengen ngecriit dan Aahh....aahhh

Guru Privat Ku Juga Guru Seks Ku | Terasa nikmat sekali saat ngecriiiit.. .. Aku pun bergegas ke kamar mandi yang berada dikamarku seiring Tante Siska yang lemas terkapar di atas sofa. Kejadian seperti itu jadi pemandanganku setiap hari Lama-lama aku jadi bertanya-tanya Apakaah mungkin ini disengaja sama Tante Siska Dari keseringan melihat pemandangan ini rupanya otakku merekam kalau wanita cantik itu adalah wanita yang lebih dewasa dan Hot Wanita yang sudah berumur dan cantik di mataku terlihat sangat sexy dan sangat menggairahkan birahiku. Saat siang sepulang aku dari sekolah aku langsung ke kamarku Dan tiduran sebentar dikamar Kemudian bebarapa jam kemudian seperti biasa Tante Siska datang kerumah untuk bingbingan belajarku Dengan kedatangan Tante Siska yang berbusana seksi segera ku suruh masuk saja di dalam kamarku. Kuberanikan diri untuk menyuruhnya masuk dan Tante Siska tidak menolak dengan ajakanku untuk masuk kedalam kamar Lalu Tante Siska juga pingin tidur di sebelahku Kalau selama ini aku hanya berani melihat Tante Siska dari balik pintu kali ini tubuh cantik tanpa busana bener-bener berada di depanku. Kupelototi semua lekukan tubuh Tante Siska Aduuuhh burungku bereaksi keras menyentak-nyentak ganas. Tanpa kusadari mungkin terdorong nafsu yang nggak bisa dibendung langsung kuberanikan tanganku mengusap paha

Baca Juga : Obat Perangsang Wanita 
 
Tante Siska… pelan… pelan Tante Siska tidak menolak dengan tindakannku dan hanya diam saja mungkin dia juga menantikan momen-momen seperti ini Aku pun semakin berani dan kini kedua tanganku semakin nekad menggerayang tubuh indah Tante Siska Kuremas-remas dadanya yang mekar dan dengan naluri laki-laki di sertai pengalaman dari film Bokep Aku bertindak lebih lanjut dengan mengisap puting susu Tante. Tante masih diam aku makin berani saja Guru Privat Ku Juga Guru Seks Ku Fantasi film bokep yang sering aku tonton bersama temen-temen aku copot seluruh pakaianku dan burung perkasa ku dengan laparnya akan memangsa Aku tiduran di samping Tante sambil memeluk erat Aku sedikit sadar dan ketakutan ketika Tante akan menolak dengan ajakanku yang menjadi liar ini Dan tiba-tiba Tante Siska menatapku dengan pandangan tajam Kenapa Gus Koq kamu jadi telanjang gini tanya Tante.Maaf Tante Acong gak kuat Habisnya nafsu banget liat Tante yang seksi gitu jawabku takut-takut Kamu mulai nakal ya kata Tante sambil tangannya memelukku erat Ya udah Tante juga pengen peluk kamu udah lama Tante nggak dipeluk Guru Privat Ku Juga Guru Seks Ku Tak ku sangka-sangka tiba-tiba Tante mencium bibirku Dia mengisap ujung lidahku lama dan dalam semakin dalam Aku bereaksi insting ku sebagai laki-lakit ulen terpacu Aku membalas ciuman Tante Siska yang cantik dan seksi Semuanya berjalan begitu saja tanpa direncanakan Lidah Tante kemudian berpindah menelusuri tubuhku Kamu sudah lumayan dewasa ya Gus gak apa-apa kan kamu Tante perlakukan seperti ini gumam Tante disela telusuran lidahnya Punya kamu juga sudah besar lebih keras dan tegang cerocos Tante lagi
Aku hanya diam menahan geli dan nikmat Tante lebih banyak aktif menuntun. Kontolku lalu dijilatin Tante Siska Ini membuat aku nggak tahan karena kegelian yang di buatnya Lalu punyaku dikulum Tante... Oh indah sekali rasanya lama aku dikerjain Tante cantik ini seperti ini Tante kemudian tidur telentang mengangkangkan kaki dan menarik tubuhku agar tiduran di atas tubuh indahnya Guru Privat Ku Juga Guru Seks Ku | Tante Siska kemudian memegang punyaku mengocoknya sebentar dan mengarahkan ke selangkangan Tante Aku hanya diam saja Terasa punyaku sepertinya masuk ke meki Tante Siska tapi aku tetep diam aja sampai kemudian Tante Siska menarik bokongku dan sedikit menekan Berasa banget kalo kontolku sudah masuk ke dalam mekinya Tante Pergesekan itu membuat merinding dan greeeng. . .

Secara naluri aku kemudian melakukan gerakan maju mundur biar terjadi lagi gesekan lebih lanjut Tante juga menggoyangkan pinggulnya Tante yang kulihat sangat menikmati bahkan mengangkat tinggi-tinggi pinggulnya sehingga aku seperti sedang naik kuda betina yang binal di atas pinggul Tante Tiba-tiba Tante berteriak kencang sambil memelukku erat-erat Acong.... Tante enak Gus....teriak Tante.Tante....Acong juga enak nih…Mau muncrat juga…Guru Privat Ku Juga Guru Seks Ku Aku merasakan sensasi dan fantasi yang lebih gila dari sekedar menonton Tante kemarin-kemarin Aku lemes banget dan tersandar di tubuh mulus Tante Siska Aku nggak tau berapa lama rupanya aku tertidur dan Tante Siska juga Aku tersadar ketika Tante mengecup bibirku dan menggeser tubuhku dari atas tubuhnya Tante kemudian keluar kamar dengan melilitkan handuk mungkin mau mandi Aku pun menyusul Tante dalam keadaan telanjang Kuraba kontolku dan lengket sekali aku juga pengen mencucinya Aku melihat Tante lagi mandi pintu kamar mandi terbuka lebar sperti biasa Uhh tubuh Tante Siska itu memang indah sekali Nggak terasa kontolku bergerak bangkit lagi Dengan posisi kontolku yang menunjuk aku segera berjalan ke kamar mandi menghampiri Tante. Tante mau lagi dong kayak tadi Eeeeenaaaaak……kini aku yang meminta Guru Privat Ku Juga Guru Seks Ku Tante memnandangku dan tersenyum manis manis sekali Kamipun melanjutkan kejadian seperti di kamar Kali ini Tante berjongkok sedikit lalu punyaku yang dari tadi mengacung aku masukkan ke meki Tante yang memerah dan sedikit pliket Kudorong keluar masuk seperti tadi Tante membantu dengan menyorokan bokongku dalam-dalam Nggak berapa lama Tante mengajak berdiri dan dalam posisi berdiri kami saling memeluk dan punyaku menancap erat masuk kedalam di meki

Tante Aku menikmati ini karena punyaku seperti dijepit dan di remas-remas. Guru Privat Ku Juga Guru Seks Ku Tante Siska lalu menciumku dan baru ku sadari kalau badan ku ternyata sama tinggi dengan Tanteku Dalam posisi berdiri aku kemudian merasakan kenikmatan yang luar biasa ketika cairan kental dari kontolku yang kembali menyembur sementara Tante mengerang dan mengejang sambil memelukku erat Kami sama–sama lemas dan setelah kejadian hari itu aku selalu melakukan persetubuhan dengan Tante Siska Hampir setiap hari sepulang sekolah Lebih gila lagi kadang kami melakukan walaupun orangtauku pergi ke luar sebentar Sudah tentu dengan curi-curi kesempatan kalo orang tua ku pergi Kehadiran orangtuaku di rumah seperti siksaan buatku karena aku nggak bisa melampiaskan nafsu seks terhadap Tante Siska. Aku sangat menikmati dan aku senang kalo orang tuaku keluar kota untuk waktu lama Tante juga seneng dan Tante terus melatih aku dalam beradegan seks Banyak pelajaran yang dikasih Tante Siska mulai dari cara menjilati meki yang enak cara mengisap payudaranya cara menggenjot dan memompa yang baik Pokoknya aku diajarkan bagaimana memperlakukan wanita dengan enak Aku sadar kalo aku menjadi hebat karena Tante Siska Sekitar 6 bulan lebih aku menjadi pemuas Tante Siska Aku bahkan jatuh cinta dengan Tante Siska dan nggak sedetik pun aku mau berpisah dengan Tante Siska ku kecuali saat aku sedang bersekolah Di kelas pun aku selalu memikirkan Tante Siska pengen cepet pulang dan untuk bimbingan belajar Aku jadi nggak pernah bergaul lagi sama temen-temen Sebagai cowok yang lumayan cakep banyak temen cewek yang suka mengajak aku jalan tapi aku nggak tertarik tuh Aku selalu teringat Tante Siska yang justru aku akan tertarik kalo melihat Bu Guru Rina yang umurnya sama dengan Tante Siska Aku tertarik juga saat melihat Bu Maya tetanggaku dan temen Tante Siska Tapi percintaan dengan Tante hanya berlangsung selama 6 bulan saja Guru Privat Ku Juga Guru Seks Ku Tante Siska yang di cut sama orang tuaku karena sedikit tidak senang dengan perilakunya Orang tua ku merasa tidak puas dengan pelayanan bimbingan beljar kepadaku Namun aku begitu puas dan sangat menikmatinya dengan bimbingan belajarnya. Aku sangat berdosa dan bersalah kenapa aku tidak mempertahankannya dan mengadu sama orangtuaku untuk tetap membingbing belajarku Orangtuaku tau kalo hubunganku dengan Tante Siska deket Selama ini orangtua ku tau kalo aku sangat deket dengan Tante Siska Orang tuaku senang karena orangtuaku mengira aku senang dengan Tante Siska dan menganggapnya sebagai Tante sendiri Padahal kalau orangtuaku tau apa yang terjadi selama ini Aku merasa berdosa terhadap orangtuaku yang dibohongi selama ini Tapi semua apa yang diberikan Tante Siska kasih sayang cinta dan pelajaran seksnya sangat membekas di pikiranku Sampai saat ini aku terobsesi dengan apa semua yang dimiliki Tante Siska dulu Aku sangat mendambakan wanita seumur Tante secantik Tante sebaik Tante dan hebat di ranjang seperti Tante Siska itu Ku sadari sekarang kalo aku sangat senang bercinta dengan wanita matang dan semua berawal dari situ

Tanteku Yang Lugu Dan Nakal

 
https://ceritadewasamesumhot.blogspot.com/2018/01/tanteku-yang-lugu-dan-nakal.html
 
 
 
 
 
 
Cerita Nakal Tante - Sudah menjadi cita-citanya sejak kecil untuk bisa duduk di bangku perguruan tinggi. Apalagi kenyataan yang ada di kampungnya, masih dengan mudah dihitung dengan jari orang-orang yang telah duduk di bangku perguruan tinggi. Bukan karena tidak ada kemauan, tetapi dari semua itu dikarenakan kebanyakan dari mereka keluarga yang sangat sederhana dan rata-rata berada digaris kemiskinan. Selain itu jarak antara perguruan tinggi yang ada sangat jauh, sehingga bila ada yang berkeinginan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi harus berganti mobil angkot minimal lima kali, itu juga dengan bantuan kendaraan roda dua yaitu ojeg.

Sangat beruntung bagi Arie bisa sampai menyelesaikan pendidikan di bangku SMA. Tapi lepas dari SMA kebingungan menyertainya, karena tidak tahu harus bagaimana lagi setelah menyelesaikan pendidikan SMA. Keinginan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi tetap besar. Namun semua itu tentunya sangat berhubungan dengan biaya. Apalagi kalau kuliahnya harus pulang pergi, tentunya biaya akan lebih tinggi dibandingkan dengan biaya kuliahnya. Dengan segala kegelisahan yang ada, akhirnya semuanya diceritakan di hadapan kedua orang tuanya. Mereka dengan penuh bijaksana menerangkan semua kemungkinan yang akan terjadi dari kemungkinan kekurangan uang dengan akan menjual sepetak sawah. Sampai dengan alternatif untuk tinggal di rumah kakak ibunya.

Mendengar antusiasnya kedua orang tuanya, membuat semangat Arie bertambah untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Memang keluarganya bisa dikatakan mapan untuk ukuran orang-orang yang ada di kampung itu. Kedua orang tuanya memiliki beberapa petak sawah dan menjadi salah satu tokoh di kampung itu.

"Arie.." sapa ibunya ketika Arie sedang merapikan beberapa pakaian untuk dibawa ke kota. Ini ada surat dari ayahmu untuk Oom di kota nanti. Sebuah surat yang mungkin penegasan dari ayah Arie untuk menyakinkan bahwa anaknya akan tinggal untuk sementara waktu di rumah Oomnya. Sebetulnya orang tua Arie sudah menelepon Tuan Budiman tetapi karena Tuan Budiman dan Arie sangat jarang sekali bertemu maka orang tua Arie memberikan surat penegasan bahwa anaknya akan tinggal di Bandung, di rumah Oomnya untuk sementara waktu.

Oomnya yang bernama Budiman memang paling kaya dari keluarga ibunya yang terdiri dari empat keluarga. Oomnya yang tinggal di Bandung dan mempunyai beberapa usaha dibidang jasa, percetakan sampai dengan sebuah surat kabar mingguan dan juga bisnis lainnya yang sangat berhasil.

Hubungan antara Oomnya yang bernama Budiman dan kedua orang tua Arie sebetulnya tidak ada masalah, hanya karena kedua orang tua Arie yang sering memberikan nasehat karena kelakuan Oomnya yang sering berganti-ganti istri dan akibat dari berganti-ganti istri itu sehingga anak-anaknya tercecer di mana-mana. Menurut ibu Arie, Oomnya telah berganti istri sampai dengan empat kali dan sekarang ia sedang menduda. Dari keempat istri tersebut Budiman dianugerahi empat anak, dua dari istri yang pertama dan duanya lagi dari istri-istri yang kedua dan ketiga sedang dari istri yang keempat Om Budiman tidak mempunyai anak.

Anak Om Budiman yang paling bungsu di bawah Arie dua tahun dan ia masih SMA di Bandung. Jadi usia Om Budiman kira-kira sekarang berada diatas limapuluh tahun.

Sesampainya di kota Bandung yang begitu banyak aktivitas manusia, Arie langsung masuk ke sebuah kantor yang bertingkat tiga. Kedatangannya ke kantor itu disambut oleh kedua satpam yang menyambutnya dengan ramah. Belakangan diketahui namannya Asep dari papan nama yang dikenakan di bajunya.

"Selamat siang Pak," Tegur Arie kepada salah satu satpam yang ada dua orang.
"Selamat siang Dik, ada yang bisa dibantu," jawab satpam yang bernama Asep.
"Anu Pak, apa Bapak Budiman ada?"
"Bapak Budiman yang mana Dik," tegas satpam Asep, karena melihat suatu keraguan bahwa tidak mungkin bosnya ada bisnis dengan anak kecil yang baru berumur dua puluh tahunan.
"Anu Pak, apa ini PT. Rido," tanya Arie menyusul keraguan satpam. Karena sebetulnya Arie juga belum pernah tahu di mana kantor-kantor Oomnya itu, apalagi bisnis yang digelutinya.
"Iya.. Benar Dik, dan Bapak Budiman itu adalah pemilik perusahaan ini," tegas satpam Asep menjelaskan tentang keberadaan PT.Rido dan siapa pemiliknya.
"Adik ini siapa," tanya satpam kepada Arie, sambil mempersilakan duduk di meja lobby bawah.
"Saya Arie Pak, keponakan dari Bapak Budiman dari desa Gunung Heulang."
"Keponakan," tegas satpam, sambil terus mengangkat telepon menghubungi Pak Dadi kepercayaan Tuan Budiman.

Selang beberapa menit kemudian Pak Dadi datang menghampiri Arie sambil memberikan selamat datang di kota Bandung. "Arie.. Apa masih ingat sama Bapak," kata Pak Dadi sambil duduk seperti teman lama yang baru ketemu.
Mimik Arie jadi bingung karena orang yang datang ini ternyata sudah mengenalnya.
"Maaf Pak, Arie Sudah lupa dengan Bapak," kata Arie sambil terus mengigat-ingat.
Pak Dadi terus menerangkan dirinya, "Saya yang dulu sering mancing bersama Tuan Budiman ketika Arie berumur kurang lebih lima tahun."
Arie jadi bingung, "Wah, Bapak bisa saja.. mana saya ingat Pak, itu kan sudah bertahun-tahun."

Selanjutnya obrolan dengan Pak Dadi yang belakangan ini diketahui selain kepercayaan di kantor, ia juga sebagai tangan kanan Tuan Budiman. Bapak Dadi mengetahui apa pun tentang Tuan Budiman. Kadangkala anak Om Budiman sering minta uang pada Pak Dadi bila ternyata Om Budiman sedang keluar kota. Malah belakangan ini Om Budiman membeli sebuah rumah dan di belakangnya dibuat lagi rumah yang tidak kalah besarnya untuk Pak Dadi dan istrinya sedangkan yang depan dipakai oleh istri mudanya yang kurang lebih baru berumur 35 tahun.
 
"Aduh Dik Arie, Bapak tadi dapat perintah dari Tuan Budiman bahwa ia tidak dapat menemani Dik Arie karena harus pergi ke Semarang untuk urusan bisnis. Dan saya diperintahkan untuk mencukupi keperluan Dik Arie. Nah, sekarang kamu mau langsung pulang atau kita jalan-jalan dulu," sambung Pak Dadi melihat ekpresi Arie yang sedikit kecewa karena ketakutan akan tempat tinggal. Melihat gelagat itu Pak Dadi langsung berkomentar, "Jangan takut Dik Arie pokoknya kamu tidak akan ada masalah," tegur Pak Dadi sambil menegaskan akan tidur dimana dan akan kuliah dimana, itu semunya telah diaturnya karena mempunyai uang dan uang sangat berkuasa dibidang apapun.

Mendengar itu Arie menjadi tersenyum, sambil melihat-lihat orang yang berlalu lalang di depanya. Kebetulan pada saat itu jam masuk karyawan sudah dimulai. Begitu banyak karyawati yang cantik-cantik ditambah lagi dengan penampilannya yang mengunakan rok mini. Keberadaan Arie sebagai keponakan dari pemilik perusahan itu sudah tersebar dengan cepatnya. Ditambah lagi dengan postur badan Arie yang atletis dan wajah yang gagah membuat para karyawati semakin banyak yang tersenyum bila melewati Arie dan Pak Dadi yang sedang asyik ngobrol.

Mereka tersenyum ketika bertatap wajah dengan Arie dan ia segaja duduk di lobby depan, meskipun tawaran untuk pindah ke lobby tengah terus dilontarkan oleh Pak Dadi karena takut dimarahi oleh Tuan Budiman. Memang tempat lobby itu banyak orang lalu lalang keluar masuk perusahaan, dan semua itu membuat Arie menjadi betah sampai-sampai lupa waktu karena keasyikan cuci mata.

Keasyikan cuci mata terhenti ketika Pak Dadi mengajaknya pulang dengan mengendarai sebuah mobil sedan dengan merek Mesri terbaru, melaju ke sebuah kawasan villa yang terletak di pinggiran kota Bandung. Sebuah pemukiman elit yang terletak di pinggiran Kota Bandung yang berjarak kurang lebih 17 Km dari pusat kota. Sebuah kompleks yang sangat mengah dan dijaga oleh satpam.

Laju mobil terhenti di depan rumah biru yang berlantai dua dengan halaman yang luas dan di belakangnya terdapat satu rumah yang sama megahnya, kolam renang yang cantik menghiasi rumah itu dan sebagai pembatas antara rumah yang sering didiami Om Budiman dan rumah yang didiami Pak Dadi dan Istrinya. Sedangkan pos satpam dan rumah kecil ada di samping pintu masuk yang diisi oleh Mang Ade penjaga rumah dan istrinya Bi Enung yang selalu menyiapkan makanan untuk Nyonya Budiman. Ketika mobil telah berhenti, dengan sigap Mang Ade membawa semua barang-barang yang ada di bagasi mobil. Satu tas penuh dibawa oleh Mang Ade dan itulah barang-barang yang dibawa Arie. Bi Enung membawa ke ruang tamu sambil menyuruhnya duduk untuk bertemu dengan majikannya.

Pak Dadi yang sejak tadi menemaninya, langsung pergi ke rumahnya yang ada di belakang rumah Om Budiman tetapi masih satu pagar dengan rumah Om Budiman. Pak Dadi meninggalkan Arie, sedangkan Arie ditemani oleh Bi Enung menuju ruang tengah. Setelah Tante Rani datang sambil tersenyum menyapa Arie, Bi Enung pun meninggalkan Arie sambil terlebih dahulu menyuruh menyiapkan air minum untuk Arie.

"Tante sudah menunggu dari tadi Arie," bisiknya sambil menggenggam tangan Arie tanda mengucapkan selamat datang.

"Sampai-sampai Tante ketiduran di sofa", lanjut Tante Rani yang pada waktu itu menggunakan rok mini warna Merah. Wajah Tante Rani yang cantik dengan uraian rambut sebahu menampakkan sifatnya yang ramah dan penuh perhatian.
"Tante sudah tahu bahwa Arie akan datang sekarang dan Tante juga tahu bahwa Om Budiman tidak dapat menemanimu karena dia sedang sibuk."
Obrolan pun mengalir dengan punuh kekeluargaan, seolah-olah mereka telah lama saling mengenal. Tante Rani dengan penuh antusias menjawab segala pertanyaan Arie. Gerakan-gerakan tubuh Tante Rani yang pada saat itu memakai rok mini dan duduk berhadapan dengan Arie membuat Arie salah tingkah karena celana dalam yang berwarna biru terlihat dengan jelas dan gumpalan-gumpalan bulu hitam terlihat indah dan menantang dari balik CD-nya. Paha yang putih dan pinggulnya yang besar membuat kepala Arie pusing tujuh keliling. Meskipun Tante Rani telah yang berumur Kira-kira 35 tahun tapi kelihatan masih seperti gadis remaja.

"Nah, itu Yuni," kata Tante Rani sambil membawa Arie ke ruang tengah. Terlihat gadis dengan seragam sekolah SMP. Memang ruangan tengah rumah itu dekat dengan garasi mobil yang jumlah mobilnya ada empat buah. Sambil tersenyum, Tante Rani memperkenalkan Arie kepada Yuni. Mendapat teman baru dalam rumah itu Yuni langsung bergembira karena nantinya ada teman untuk ngobrol atau untuk mengerjakan PR-nya bila tidak dapat dikerjakan sendiri. "Nanti Kak Arie tidurnya sama Yuni ya Kak." Mendapat pertanyaan itu Arie dibuatnya kaget juga karena yang memberikan penawaran tidur itu gadis yang tingginya hampir sama dengan Arie. Adik kakak yang sama-sama mempunyai badan sangat bangus dan paras yang sangat cantik. Lalu Tante Rani menerangkan kelakuan Yuni yang meskipun sudah besar karena badannya yang bongsor padahal baru kelas dua SMP. Mendengar keterangan itu, Arie hanya tersenyum dan sedikit heran dengan postur badannya padahal dalam pikiran Arie, ia sudah menaruh hati pada Yuni yang mempunyai wajah yang cantik dam putih bersih itu.

Setelah selesai berkeliling di rumah Om Budiman dengan ditemani oleh Tante Rani, Arie masuk ke kamarnya yang berdekatan dengan kamar Yuni. Memang di lantai dua itu ada empat kamar dan tiap kamar terdapat kamar mandi. Tante Rani menempati kamar yang paling depan sedangkan Arie memilih kamar yang paling belakang, sedangkan kamar Yuni berhadapan dengan kamar Arie.

Setelah membuka baju yang penuh keringat, Arie melihat-lihat pemandangan belakang rumah. Tanpa sengaja terlihat dengan jelas Pak Dadi sedang memeluk istrinya sambil nonton TV. Tangan kanannya memeluk istrinya yang bermana Astri. Sedangkan tangan kirinya menempel sebatang rokok. Keluarga Pak Dadi dari dulu memang sangat rukun tetapi sampai sekarang belum dikeruniai anak dan menurut salah satu dokter pribadi Om Budiman, Pak Dadi divonis tidak akan mempunyai anak karena di dalam spermanya tidak terdapat bibit yang mampu membuahinya.

Hari-hari selanjutnya Arie semakin kerasan tinggal di rumah Om Budiman karena selain Tante Rani Yang ramah dan seksi, juga kelakuaan Yuni yang menggemaskan dan kadang-kadang membuat batang kemaluan Arie berdiri. Arie semakin tahu tentang keadaan Tante Rani yang sebetulnya sangat kesepian. Kenyataan itu ia ketahui ketika ia dan tantenya berbelanja di suatu toko di pusat kota Bandung yang bernama BIP. Tante Rani dengan mesranya menggandeng Arie, tapi Arie tidak risih karena kebiasaan itu sudah dianggap hal wajar apalagi di depan banyak orang. Tapi yang membuat kaget Arie ketika di dalam mobil, Tante Rani mengatakan bahwa ia sebetulnya tidak bahagia secara batin. Mendengar itu Arie kaget setengah mati karena tidak tahu apa yang harus ia katakan. Tante Rani menceritakan bahwa Om Budiman sekarang itu sudah loyo saat bercinta dengannya.

Arie tambah bingung dengan apa yang harus ia lontarkan karena ia tidak mungkin memberikan kebutuhan itu meskipun selama ini ia sering menghanyalkan bila ia mampu memasukkan burungnya yang besar ke dalam kemaluan Tante Rani. Ketika mobil berhenti di lampu merah, Tante Rani dengan berani tiduran di atas paha Arie sambil terus bercerita tentang kegundahan hatinya selama ini dan dia pun bercerita bahwa cerita ini baru Arie yang mengetahuinya.

Sambil bercerita, lipatan paha Tante Rani yang telentang di atas jok mobil agak terbuka sehingga rok mininya melorot ke bawah. Arie dengan jelas dapat melihat gundukan hitam yang tumbuh di sekitar kemaluan Tante Rani yang terbungkus CD nilon yang sangat transparan itu. Arie menelah ludah sambil terus berusaha menenangkan tantenya yang birahinya mulai tinggi. Ketika Arie akan memindahkan gigi perseneling, secara tidak segaja dia memegang buah dada tantenya yang telah mengeras dan saat itu pula bibir tantenya yang merekah meminta Arie untuk terus merabanya.

Arie menghentikan mobilnya di pinggir jalan menuju rumahnya sambil berkata, "Aku tidak mungkin bisa melakukan itu Tante," Tante Rani hanya berkata, "Arie, Tolong dong.. Tante sudah tidak kuat lagi ingin gituan, masa Arie tidak kasihan sama Tante." Tangan Tante Rani dengan berani membuka baju bagian atas dan memperlihatkan buah dadanya yang besar. Terlihat buah dada yang besar yang masih ditutupi oleh BH warna ungu menantang untuk disantap. Melihat Arie yang tidak ada perlawanan, akhirnya Tante Rani memakai kembali bajunya dan duduk seperti semula sambil diam seperti patung sampai tiba di rumah. Perjalanan itu membuat Arie jadi salah tingkah dengan kelakuan tantenya itu.

Kedekatan Arie dengan Yuni semakin menjadi karena bila ada PR yang sulit Yuni selalu meminta bantuan Arie. Pada saat itu Yuni mendapatkan kesulitan PR matematika. Dengan sekonyong-konyong masuk ke kamar Arie. Pada saat itu Ari baru keluar dari kamar mandi sambil merenungkan tentang kelakuannya tadi siang dengan Tante Rani yang menolak melakukan itu. Arie keluar dari kamar mandi tanpa sehelai benang pun yang menutupinya. Dengan jelas Yuni melihat batang kemaluan Arie yang mengerut kedinginan. Sambil menutup wajah dengan kedua tangannya, Yuni membalikkan badannya. Arie hanya tersenyum sambil berkata, "Mangkanya, kalau masuk kamar ketok pintu dulu," goda Arie sambil menggunakan celana pendek tanpa celana dalam. Kebiasaan itu dilakukan agar batang kemaluannya dapat bergerak dengan nyaman dan bebas.

Arie bergerak mendekati Yuni dan mencium pundaknya yang sangat putih dan berbulu-bulu kecil. "Ahh, geli Kak Arie.. Kak Arie sudah pake celana yah," tanya Yuni.
"Belum," jawab Arie menggoda Yuni.
"Ahh, cepet dong pake celananya. Yuni mau minta tolong Kak Arie mengerjakan PR," rengek Yuni sambil tangan kirinya meraba belakang Arie.
Melihat rabaan itu, Arie segaja memberikan batang kemaluannya untuk diraba. Yuni hanya meraba-raba sambil berkata, "Ini apa Kak, kok kenyal." Mendapat rabaan itu batang kemaluan Arie semakin menengang dan dalam pikirannya kalau dengan Yuni aku mau tapi kalau dengan kakakmu meskipun sama-sama cantiknya tapi aku juga masih punya pikiran yang betul, masa tenteku digarap olehku.

Rabaan Yuni berhenti ketika batang kemaluan Arie sudah menegang setengahnya dan ia melepaskan rabaannya dan langsung membalikkan badannya. Arie kaget dan hampir saja tali kolornya yang terbuat dari karet, menjepit batang kemaluannya yang sudah menegang.

Tangan yang tadi digunakan meraba batang kemaluan Arie kembali digunakan menutup wajahnya dan perlahan Yuni membuka tangannya yang menutupi wajahnya dan terlihat Arie sudah memakai celana pendek. "Nah, gitu dong pake celana," kata Yuni sambil mencubit dada Arie yang menempel di susu kecil Yuni. "Udah dong meluknya," rintih Yuni sambil memberikan buku Matematikanya.

Saling memeluk antara Arie dan Yuni sudah merupakan hal yang biasa tetapi ketika Arie merasakan kenikmatan dalam memeluk Yuni, Yuni tidak merasakan apa-apa mungkin karena Yuni masih anak ingusan yang badannya saja yang bongsor. Arie langsung naik ke atas ranjang besarnya dan bersandar di bantal pojok ruangan kamar itu. Meskipun ada meja belajar tapi Arie segaja memilih itu karena Yuni sering menindihnya dengan pantatnya sehingga batang kemaluan Arie terasa hangat dibuatnya. Dan memang seperti dugaan Arie, Yuni tiduran di dada Arie. Pada saat itu Yuni menggunakan daster yang sangat tipis dan di atas paha sehingga celana dalam berwarna putih dan BH juga yang warna putih terlihat dengan jelas. Yuni tidak merasa risih dengan kedaan itu karena memang sudah seperti itu hari-hari yang dilakukan bersama Arie.

Sambil mengerjakan PR, pikiran Arie melayang-layang bagaimana caranya agar ia dapat mengatakan kepada Yuni bahwa dirinya sekarang berubah hati menjadi cinta pada Yuni. Tapi apakah dia sudah mengenal cinta soalnya bila orang sudah mengenal cinta biasanya syahwatnya juga pasti bergejolak bila diperlakukan seperti yang sering dilakukan oleh Arie dan Yuni.

PR pertama telah diselesaikan dengan cepat, Yuni terseyum gembira. Terlihat dengan jelas payudara Yuni yang kecil. Pikiran Arie meliuk-liuk membayangkan seandainya ia mampu meraba susu itu tentunya sangat nikmat dan sangat hangat. Ketegangan Arie semakin menjadi ketika batang kemaluannya yang tanpa celana dalam itu tersentuh oleh pinggul Yuni yang berteriak karena masih ada PR-nya yang belum terisi. Memang posisi Arie menerangkan tersebut ada di bawah Yuni dan pinggul Yuni sering bergerak-gerak karena sifatnya yang agresif.

Gerakan badan Yuni yang agresif itu membuat paha putihnya terlihat dengan jelas dan kadangkala gumpalan kemaluannya terlihat dengan jelas hanya terhalang oleh CD yang berwarna putih. Hal itu membuat nafas Arie naik turun. Yuni tidak peduli dengan apa yang terjadi pada batang kemaluan Arie, malah Yuni semakin terus bermanja-manja dengan Arie yang terlihat bermalas-malasan dalam mengerjakan PR-nya itu. Pikiran Arie semakin kalang kabut ketika Yuni mengerak-gerakkan badan ke belakang yang membuat batang kemaluannya semakin berdiri menegang. Dengan pura-pura tidak sadar Arie meraba gundukan kemaluan Yuni yang terbungkus oleh CD putih. Bukit kemaluan Yuni yang hangat membuat Arie semakin bernafsu dan membuat nafasnya semakin terengah-engah.

"Kak cepat dong kerjakan PR yang satunya lagi. Yang ini, yang nomor sepuluh susah."
Arie membalikkan badannya sehingga bukit kemaluan Yuni tepat menempel di batang kemaluan Arie. Dalam keadaan itu Yuni hanya mendekap Arie sambil terus berkata, "Tolong ya Kak, nomor sepuluhnya."
"Boleh, tapi ada syaratnya," kata Arie sambil terus merapatkan batang kemaluannya ke bukit kemaluan Yuni yang masih terbungkus CD warna Putih. Pantat Yuni terlihat dengan jelas dan mulai merekah membentuk sebuah badan seorang gadis yang sempurna, pinggul yang putih membuat Arie semakin panas dingin dibuatnya. Yuni hanya bertanya apa syaratnya kata Yuni sambil mengangkat wajahnya ke hadapanya Arie. Dalam posisi seperti itu batang kemaluan Arie yang sudah menegang seakan digencet oleh bukit kemaluan Yuni yang terasa hangat. Arie tidak kuat lagi dengan semua itu, ia langsung mencium mulut Yuni. Yuni hanya diam dan terus menghidar ciuman itu. "Kaak... apa dong syaratnya", kata Yuni manja agresif menggerak-gerakkan badannya sehingga bukit kemaluannya terus menyentuh-nyentuh batang kemaluan Arie. Gila anak ini belum tahu apa- apa tentang masalah seks. Memang Yuni tidak merasakan apa-apa dan ia seakan-akan bermain dengan teman wanitanya tidak ada rasa apa pun. "Syaratnya kamu nanti akan kakak peluk sepuasnya."

Mendengar itu Yuni hanya tertawa, suatu syarat yang mudah, dikirain harus pus-up 1000 kali. Konsenterasi Arie dibagi dua yang satu terus mendekatkan batang kemaluannya agar tetap berada di bawah bukit kemaluan Yuni yang sering terlepas karena Yuni yang banyak bergerak dan satunya lagi berusaha menyelesaikan PR-matematikanya. Yuni terus mendekap badan Arie sambil kadang-kadang menggerakkan lipatan pahanya yang menyetuh paha Arie.

Setelah selesai mengerjakan PR-nya, Arie menggerak-gerakkan pantatnya sehingga berada tepat di atas bukit kemaluan Yuni. Arie semakin tidak tahan dengan kedaaan itu dan langsung meraba-raba pantat Yuni. Ketika Arie akan meraba payudara Yuni. Yuni bangkit dan terus melihat ke wajah Arie, sambil berkata, "PR-nya sudah Kaak.. Arie," sambil Menguap.

Melihat PR-nya yang sudah dikerjakan Arie, Yuni langsung memeluk Arie erat-erat seperti memeluk bantal guling karena syaratnya itu. Kesempatan itu tidak dilewatkan oleh Arie begitu saja, Arie langsung memeluk Yuni berguling-guling sehingga Yuni sekarang berada di bawah Arie. Mendapat perlakuan yang kasar dalam memeluk itu Yuni berkata, "Masa Kakak meluk Yuni nggak bosan-bosan." Berbagai alasan Arie lontarkan agar Yuni tetap mau di peluk dan akhirnya akibat gesekan-gesekan batang kemaluan Arie bergerak-gerak seperti akan ada yang keluar, dan pada saat itu Yuni berhasil lepas dari pelukan Arie sambil pergi dan tidak lupa melenggokkan pantatnnya yang besar sambil mencibirkan mulutnya.

"Aduh, Gila si Yuni masih tidak merasakan apa-apa dengan apa yang barusan saya lakukan," guman Arie dalam hati sambil terus memengang batang kemaluannya. Arie berusaha menetralisir batang kemaluannya agar tidak terlalu tegang. "Tenang ya jago, nanti kamu juga akan menikmati kepunyaan Yuni cuma tinggal waktu saja. Nanti saya akan pura-pura memberikan pelajaran Biologi tentang anatomi badan dan di sanalah akan saya suruh buka baju. Masa kalau sudah dibuka baju masih belum terangsang."

Arie memang punya prinsip kalau dalam berhubungan badan ia tidak mau enak sediri tapi harus enak kedua-duanya. Itulah pola pikir Arie yang terus ia pertahankan. Seandainya ia mau tentunya dengan gampang ia memperkosa Yuni.

Ketegangan batang kemaluan Arie terus bertambah besar tidak mau mengecil meskipun sudah diguyur oleh air. Untuk menghilangkan kepenatan Arie keluar kamar sambil membakar sebatang rokok. Ternyata Tante Rani masih ada di ruang tengah sambil melihat TV dan meminum susu yang dibuatnya sendiri. Tante Rani yang menggunakan daster warna biru dengan rambut yang dibiarkan terurai tampak sangat cantik malam itu. Lekukan tubuhnya terlihat dengan jelas dan kedua payuadaranya pun terlihat dengan jelas tanpa BH, juga pahanya yang putih dan mulus terpampang indah di hadapannya. Keadaan itu terlihat karena Tante Rani duduk di sofa yang panjang dengan kaki yang putih menjulur ke depan.

Ketenganan Arie semakin memuncak melihat keidahan tubuh Tante Rani yang sangat seksi dan mulus itu.
"Kamu kenapa belum tidur Ari," kata Tante Rani sambil menuangkan segelas air susu untuk Arie.
"Anu Tante, tidak bisa tidur," balas Arie dengan gugup.
Memang Tante Rani yang cantik itu tidak merasa canggung dengan keberadaan Arie, ia tidak peduli dengan keberaan Ari malah ia segaja memperlihatkan keindahan tubuhnya di hadapan Arie yang sudah sangat terangsang.

"Maaf ya, Tante tadi siang telah berlaku kurang sopan terhadap Arie."
"Tidak apa-apa Tante, Arie mengerti tentang hal itu," jawab Arie sambil terus menahan gejolak nafsunya yang sudah diluar batas normal ditambah lagi dengan perlakuan Yuni yang membuat batang kemaluannya semakin menegang tidak tentu arah.
"Oom ke mana Tante, kok tidak kelihatan," tanya Arie mengisi perbincangan.
"Kamu tidak tahu, Oom kan sedang ke Bali mengurus proyek yang baru," jawab Tante Rani.
Memang Om Budiman sangat jarang sekali ada di rumah dan itu membuat Ari semakin tahu akan kebutuhan batin Tante Rani, tapi itu tidak mungkin dilakukannya dengan tantenya.

Arie dan Tante Rani duduk di sofa yang besar sambil sesekali tubuhnya digerak-gerakkan seperti cacing kepanasan. Tak diduga sebelumnya oleh Arie, Tante Rani membuka dasternya yang menutupi paha putihnya yang putih bersih sambil menggaruk-garukkan tangannya di seputar gundukan kemaluannya. Mata Arie melongo tidak percaya. Dua kali dalam satu hari ia melihat paha Tante Rani, tapi yang ini lebih parah dari yang tadi siang di dalam mobil, sekarang Tante Rani tidak menggunakan celana dalam. Kemaluannya yang ditumbuhi bulu-bulu yang hitam tersingkap dengan jelas dan tangan Tante Rani terus menggaruk-garuk di seputar kemaluannya itu karena merasa ada yang gatal.

Melihat itu Arie semakin gelisah dan tidak enak badan ditambah lagi dengan ketegangan di batang kemaluannya yang semakin menegang.
"Kamu kenapa Arie," tanya Tante Rani yang melihat wajah Arie keluar keringat dingin.
"Nggak Tante, Arie cuma mungkin capek," balas Arie sambil terus sekali-kali melihat ke pangkal paha putih milik Tante Rani.

Setelah merasa agak baikan di sekitar kemaluannya, Tante Rani segaja tidak menutup pahanya, malah ia duduk bersilang sehingga terlihat dengan jelas pangkal pahanya dan kemaluannya yang merekah. Melihat Arie semakin menegang, Tante Rani tersenyum dan mempersilakan Arie untuk meminum susu yang dituangkan di dalam gelas itu.

Ketegangan Arie semakin memuncak dan Arie tidak berani kurang ajar pada tantenya meskipun tahu bahwa tantenya segaja memperlihatkan kemulusan pahanya itu. "Tante, saya mau ke paviliun belakang untuk mencari udara segar." Melihat Arie yang sangat tegang itu Tante Rani hanya tersenyum, dalam pikirannya sebentar lagi kamu akan tunduk padaku dan akan meminta untuk tidur denganku.

Sebelum sampai ke paviliun belakang Arie jalan-jalan dulu di pinggiran kolam lalu ia duduk sambil melihat kolam di depannya. Sambil terus berusaha menahan gejolaknya antara menyetubuhi tantenya atau tidak. Sambil terus berpikir tentang kejadian itu. Tidak segaja ia mendegar rintihan dari belakang yang kebetulan kamar Pak Dadi. Arie terus mendekati kamar Pak Dadi yang kebetulan dekat dengan Paviliun. Arie mengendus-endus mendekati jendela dan ternyata jendelanya tidak dikunci dan dengan mudah Arie dapat melihat adegan suami istri yang sedang bermesraan.

Di dalam kamar yang berukuran cukup besar itu, Arie melihatnya leluasa karena hanya terhalang oleh tumpukan pakaian yang digantung dekat jendela itu. Di dalamnya ternyata Pak Dadi dengan istrinya sedang bermesraan. Istri Pak Dadi yang bernama Astri sedang asyik mengulum batang kejantanan Pak Dadi dengan lahapnya. Dengan penuh birahi Astri terus melahap dan mengulum batang kemaluan Pak Dadi yang ukurannya lebih kecil dari ukuran yang dimiliki Arie. Astri terus mengulum batang kemaluan Pak Dadi. Posisi Pak Dadi yang masih menggunakan pakaian dan celananya yang telah melorot ada di lantai dengan posisi duduk terus mengerang-erang kenikmatan yang tiada bandingnya sedangkan Astri jongkok di lantai. Terlihat Astri menggunakan CD warna hitam dan BH warna hitam. Erangan-erangan Pak Dadi membuat batang kemaluan Pak Dadi semakin mesra di kulum oleh Astri.

Dengan satu gerakan Astri membuka daster yang dipakainya karena melihat suaminya sudah kewalahan dengan kulumannya. Terlihat dengan jelas buah dada yang besar masih ditutupi BH hitamnya. Pak Dadi membantu membuka BH-nya dan dilanjutkan dengan membuka CD hitam Astri. Astri yang masih melekat di bandan Pak Dadi meminta Pak Dadi supaya duduk di samping ranjang. Lalu Pak Dadi menyuruh Astri telentang di atas ranjang dan pantatnya diganjal oleh bantal sehingga dengan jelas terlihat bibir kemaluan Astri yang merah merekah menantang kejantanan Pak Dadi.

Sebelum memasukkan batang kemaluannya, Pak Dadi mengoleskan air ludahnya di permukaan bukit kemaluan Astri. Dengan kaki yang ada di pinggul Pak Dadi, Astri tersenyum melihat hasil karyanya yaitu batang kemaluan suaminya tercinta telah mampu bangkit dan siap bertempur. Dengan perlahan batang kemaluan Pak Dadi dimasukkan ke dalam liang kemaluan Astri, terlihat Astri merintih saat merasakan kenikmatan yang tiada tara, kepala Astri dibolak-balikkan tanpa arah dan tangannya terus meraba-raba dada Pak Dadi dan sekali-kali meraba buah dadanya. Memang beradunya batang kemaluan Pak Dadi dengan liang senggama Astri terasa cukup lancar karena ukurannya sudah pas dan kegiatan itu sering dilakukannya. Erangan-erangan Astri dan Pak Dadi membuat tubuh Arie semakin Panas dingin, entah sudah berapa menit lamanya Tante Rani memainkan kemaluan Arie yang sudah menegang, ia tersenyum ketika tahu bahwa di belakangnya ada orang yang sedang memegang kemaluannya.

"Tante, kapan Tante datang", suara Arie perlahan karena takut ketahuan oleh Pak Dadi sambil berusaha menjauh dari tempat tidur Pak Dadi. Tangan Tante Rani terus menggandeng Arie menuju ruang tengah sambil tangannya menyusup pada kemaluan Arie yang sudah menegang sejak tadi. Sesampainya di ruang tengah, Arie duduk di tempat yang tadi diduduki Tante Rani, sementara Tante Rani tiduran telentang sambil kepalanya ada seputar pangkal paha Arie dengan posisi pipi kanannya menyentuh batang kemaluan Arie yang sudah menegang.

"Kamu kok orang yang sedang begituan kamu intip, nanti kamu jadi panas dingin dan kalau sudah panas dingin susah untuk mengobatinya. Untung saja kamu tadi tidak ketahuan oleh Pak Dadi kalau kamu ketahuan kamu kan jadi malu. Apalagi kalau ketahuan sama Oommu bisa-bisa Tante ini, juga kena marah." Tante Rani memberikan nasehat-nasehat yang bijak sambil kepalanya yang ada diantara kedua selangkangan Arie terus digesek-gesek ke batang kemaluan Arie. "Tante tahu kamu sekarang sudah besar dan kamu juga tahu tentang kehidupan seks. Tapi kamu pura-pura tidak mau," goda Tante Rani, "Dan kamu sudah tahu keinginan Tantemu ini, kamu malah mengintip kemesraan Pak Dadi," nasehat-nasehat itu terus terlontar dari bibir yang merah merekah, dilain pihak pipi kirinya digesek-gesekkan pada batang kemaluan Arie.

Arie semakin tidak dapat lagi menahan gejolak yang sangat tinggi dengan tekanan voltage yang berada diluar batas kemanusiaan. "Tante jangan gitu dong, nanti saya jadi malu sama Tante apalagi nanti kalau oom sampai tahu." Mendengar elakan Arie, Tante Rani malah tersenyum, "Dari mana Oommu tahu kalau kamu tidak memberitahunya."

Gila, dalam pikiraanku mana mungkin aku memberitahu Oomku. Gerakan kepala Tante Rani semakin menjadi ditambah lagi kaki kirinya diangkat sehingga daster yang menutupi kakinya tersingkap dan gundukan hitam yang terawat dengan bersih terlihat merekah. Bukit kemaluan Tante Rani terlihat dengan jelas dengan ditumbuhi bulu-bulu yang sudah dicukur rapi sehingga terlihat seperti kemaluan gadis seumur Yuni.

Arie sebetulnya sudah tahu akan keinginan Tante Rani. Tapi batinnya mengatakan bahwa dia tidak berhak untuk melakukannya dengan tantenya yang selama ini baik dan selalu memberikan kebutuhan hidupnya. Tanpa disadari tantenya sudah menaikkan celana pendeknya yang longgar sehingga kepala batang kemaluan Arie terangkat dengan bebas dan menyentuh pipi kirinya yang lebut dan putih itu. Melihat Keberhasilanya itu Tante Rani membalikkan badan dan sekarang Tante Rani telungkup di atas sofa dengan kemaluannya yang merekah segaja diganjal oleh bantal sofa.

Tangan Tante Rani terus memainkan batang kemaluan Arie dengan sangat lembut dan penuh kasih sayang. "Aduh punya kamu ternyata besar juga," bisik Tante Rani mesra sambil terus memainkan batang kejantanan Arie dengan kedua tangannya. "Masa kamu tega sama Tante dengan tidak memberikan reaksi apa pun Riee," bisik Tante Rani dengan nafas yang berat. Mendengar ejekan itu hati Arie semakin berontak dan rasanya ingin menelan tubuh molek di depannya bulat-bulat dan membuktikan pada tantenya itu bahwa saya sebetulnya bisa lebih mampu dari Pak Dadi.

Mulut Tante Rani yang merekah telah mengulum batang kemaluan Arie dengan liarnya dan terlihat badan Tante Rani seperti orang yang tersengat setrum ribuan volt. "Ayoo doong Riee, masa kamu akan menyiksa Tante dengan begini... ayo dong gerakin tanganmu." Kata-kata itu terlontar sebanyak tiga kali. Sehingga tangan Arie semakin berani menyentuh pantatnya yang terbuka. Dengan sedikit malu-malu tapi ingin karena sudah sejak tadi batang kemaluan Ari menegang. Arie mulai meraba-saba pantatnya dengan penuh kasih sayang.

Mendapakan perlakuan seperti itu, Tante Rani terus semakin menggila dan terus mengulum kepuyaan Arie dengan penuh nafsu yang sudah lama dipendam. Sedotan bibir Tante Rani yang merekah itu seperti mencari sesuatu di dalam batang kemaluan Arie. Mendapat serangan yang sangat berapi-api itu akhirnya Arie memutar kaki kirinya ke atas sehingga posisi Arie dan tantenya seperti huruf T.

Tangan Arie semakin berani mengusap-usap pinggul tantenya yang tersingkap dengan jelas. Daster tantenya yang sudah berada di atas pinggulnya dan kemaluan tantenya dengan lincah menjepit bantal kecil sofa itu. "Ahkkk, nikmat.." Tantenya mengerang sambil terus merapatkan bibir kemaluannya ke bantal kecil itu sambil menghentikan sementara waktu kulumannya. Ketika ia merasakan akan orgasme. "Arie... Tante sudah tidak tahan lagi nich.." diiringi dengan sedotan yang dilakukan oleh tantenya itu karena tantenya ternyata sangat mahir dalam mengulum batang kemaluannya sementara tangannya dengan aktif mempermainkan sisi-sisi batang kemaluan Arie sehingga Arie dibuatnya tidak berdaya.

"Aduh . aduh.. Tante nikmat sekalii..." erang tantenya semakin menjadi-jadi. Hampir tiga kali Tante Rani merintih sambil mengerang. "Aduuh Rieee.. terus tekan-tekan pantat Tante.." desah Tante Rani sambil terus menggesek-gesekkan bibir kemaluannya ke bantal kecil itu. Arie meraba kemaluan tantenya, ternyata kemaluan Tante Rani sudah basah oleh cairan-cairan yang keluar dari liang kewanitaannya. "Ariee... nah itu terus Riee.. terus.." erang Tante Rani sambil tidak henti-hentinya mengulum batang kemaluan Arie.

"Kamu kok kuat sekali Riee," bisik tante rRni dengan nafas yang terengah-engah sambil terus mengulum batang kemaluan Arie. Tante Rani setengah tidak percaya dengan kuluman yang dilakukannya karena belum mampu membuat Arie keluar sperma. Arie berguman, "Belum tahu dia, ini belum seberapa. Tante pasti sudah keluar lebih dari empat kali terbukti dengan bantal yang digunakan untuk mengganjal liang kewanitaannya basah dengan cairan yang keluar seperti air hujan yang sangat deras."

Melihat batang kemaluan Arie yang masih tegak Tante Rani semakin bernafsu, ia langsung bangkit dari posisi telungkup dengan berdiri sambil berusaha membuka baju Arie yang masih melekat di badannya. "Buka yaa Sayang bajunya," pinta Tante Rani sambil membuka baju Arie perlahan namun pasti. Setelah baju Arie terbuka, Tante Rani membuka juga celana pendek Arie agar posisinya tidak terganggu.

Lalu Tante Rani membuka dasternya dengan kedua tangannya, ia sengaja memperlihatkan keindahan tubuhnya di depan Arie. Melihat dua gunung yang telah merekah oleh gesekan sofa dan liang kewanitaan tantenya yang merah ranum akibat gesekan bantal sofa, Ari menelan ludah. Ia tidak membayangkan ternyata tantenya mempunyai tubuh yang indah. Ditambah lagi ia sangat terampil dalam memainkan batang kemaluan laki-laki.

Masih dengan posisi duduk, tantenya sekarang ada di atas permadani dan ia langsung menghisap kembali batang kemaluan Arie sambil tangannya bergantian meraba-raba sisi batang kemaluan Arie dan terus mengulumnya seperti anak kecil yang baru mendapatkan permen dengan penuh gairah. Dengan bantuan payudaranya yang besar, Tante Rani menggesek-gesek payudaranya di belahan batang kemaluan Arie. Dengan keadaan itu Arie mengerang kuat sambil berkata, "Aduh Tante.. terus Tante.." Mendengar erangan Arie, Tante Rani tersenyum dan langsung mempercepat gesekannya. Melihat Arie yang akan keluar, Tante Rani dengan cepat merubah posisi semula dengan mengulum batang kemaluan dengan sangat liar. Sehingga warna batang kemaluan Arie menjadi kemerah-merahan dan di dalam batang kemaluannya ada denyutan-denyutan yang sangat tidak teratur. Arie menahan nikmat yang tiada tara sambil berkata, "Terus Tante.. terus Tante..", Dan Arie pun mendekap kepala tantenya agar masuk ke dalam batang kemaluannya dan semprotan yang maha dahsyat keluar di dalam mulut Tante Rani yang merekah. Mendapatkan semburan lahar panas itu, Tante Rani kegirangan dan langsung menelannya dan menjilat semua yang ada di dalam batang kemaluan Arie yang membuat Arie meraung-raung kenikmatan. Terlihat dengan jelas tantenya memang sudah berpengalaman karena bila sperma sudah keluar dan batang kemaluan itu tetap disedotnya maka akan semakin nikmat dan semakin membuat badan menggigil.

Melihat itu Tante Rani semakin menjadi-jadi dengan terus menyedot batang kemaluan Arie sampai keluar bunyi slurp..., slurp..., akibat sedotannya. Setelah puas menjilat sisa-sisa mani yang menempel di batang kemaluan Arie, lalu Tante Rani kembali mengulum batang kejantanan Arie dengan mulutnya yang seksi.

Melihat batang kemaluan Arie yang masih memberikan perlawanan, Tante Rani bangkit sambil berkata, "Gila kamu Rieee.. kamu masih menantang tantemu ini yaah.. Tante sudah keluar hampir empat kali kamu masih menantangnya." Mendengar tantangan itu, Arie hanya tersenyum saja dan terlihat Tante Rani mendekat ke hadapan Arie sambil mengarahkan liang kewanitaannya untuk melahap batang kemaluan Arie. Sebelum memasukkan batang kemaluan Arie ke liang kewanitaannya, Tante Rani terlebih dahulu memberikan ciuman yang sangat mesra dan Arie pun membalasnya dengan hangat. Saling pagut terjadi untuk yang kedua kalinya, lidah mereka saling bersatu dan saling menyedot. Tante Rani semakin tergila-gila sehingga liang kewanitaannya yang tadinya menempel di atas batang kemaluan Arie sekarang tergeser ke belangkang sehingga batang kemaluan Arie tergesek-gesek oleh liang kewanitaannya yang telah basah itu.

Mendapat perlakuan itu Arie mengerang kenikmatan. "Aduuh Tante..." sambil melepaskan pagutan yang telah berjalan cukup lama. "Clepp..." suara yang keluar dari beradunya dua surga dunia itu, perlahan namun pasti Tante Rani mendorongnya masuk ke lembah surganya. Dorongan itu perlahan-lahan membuat seluruh urat nadi Arie bergetar. Mata Tante Rani dipejamkan sambil terus mendorong pantatnya ke bawah sehingga liang kewanitaan Tante Rani telah berhasil menelan semua batang kemaluan Arie. Tante Rani pun terlihat menahan nikmat yang tiada tara.

"Arieee..." rintihan Tante Rani semakin menjadi ketika liang senggamanya telah melahap semua batang kemaluan Arie. Tante Rani diam untuk beberapa saat sambil menikmati batang kemaluan Arie yang sudah terkubur di dalam liang kewanitaannya.

"Riee, Tante sudah tidak kuat lagi... Sayang.." desah Tante Rani sambil menggerakan-gerakkan pantatnya ke samping kiri dan kanan. Mulut tantenya terus mengaduh, mengomel sambil terus pantatnya digeser ke kiri dan ke kanan. Mendapatkan permainan itu Arie mendesir, "Aduh Tante... terus Tante.." mendengar itu Tante Rani terus menggeser-geserkan pantatnya. Di dalam liang senggama tantenya ada tarik-menarik antara batang kemaluan Arie dan liang kewanitaan tantenya yang sangat kuat, mengikat batang kemaluan Arie dengan liang senggama Tante Rani. Kuatnya tarikan itu dimungkinkan karena ukuran batang kemaluan Arie jauh lebih besar bila dibandingkan dengan milik Om Budiman.

Goyangan pantatnya semakin liar dan Arie mendekap tubuh tantenya dengan mengikuti gerakannya yang sangat liar itu. Kucuran keringat telah berhamburan dan beradunya pantat Tante Rani dengan paha Arie menimbulkan bunyi yang sangat menggairahkan, "Prut.. prat.. pret.." Tangan Arie merangkul tantenya dengan erat. Pergerakan mereka semakin liar dan semakin membuat saling mengerang kenikmatan entah berapa kali Tante Rani mengucurkan cairan di dalam liang kewanitaannya yang terhalang oleh batang kemaluan Arie. Tante Rani mengerang kenikmatan yang tiada taranya dan puncak dari kenikmatan itu kami rasakan ketika Tante Rani berkata di dekat telingan Arie. "Arieee..." suara Tante Rani bergetar, "Kamu kalau mau keluar, kita keluarnya bareng-bareng yaaah". "Iya Tante..." jawab Arie.

Selang beberapa menit Arie merasakan akan keluar dan tantenya mengetahui, "Kamu mau keluar yaaa." Arie merangkul Tante Rani dengan kuatnya tetapi kedua pantatnya masih terus menusuk-nusuk liang kewanitaan Tantenya, begitu juga dengan Tante Rani rangkulanya tidak membuat ia melupakan gigitannya terhadap batang kemaluan Arie. Sambil terus merapatkan rangkulan. Suara Arie keluar dengan keras, "Tanteee.. Tanteee.." dan begitu juga Tante Rani mengerang keras, "Rieee...". Sambil keduanya berusaha mengencangkan rangkulannya dan merapatkan batang kemaluan dan liang kewanitaannya sehingga betul-betul rapat membuat hampir biji batang kemaluan Arie masuk ke dalam liang senggama Tante Rani.

Akhirnya Arie dan Tante Rani diam sesaat menikmati semburan lahar panas yang beradu di dalam liang sorga Tante Rani. Masih dalam posisi Tante Rani duduk di pangkuan Arie. Tante Rani tersenyum, "Kamu hebat Arie seperti kuda binal dan ternyata kepunyaan kamu lebih besar dari suaminya dan sangat menggairahkan."

"Kamu sebetulnya sudah tahu keinginan Tante dari dulu ya, tapi kamu berusaha mengelaknya yaa.." goda Tante Rani. Arie hanya tersenyum di goda begitu. Tante Rani lalu mencium kening Arie. Kurang lebih Lima menit batang kemaluan Arie yang sudah mengeluarkan lahar panas bersemayam di liang kewanitaan Tante Rani, lalu Tante Rani bangkit sambil melihat batang kemaluan Arie. Melihat batang kemaluan Arie yang mengecil, Tante Rani tersenyum gembira karena dalam pikirannya bila batang kemaluannya masih berdiri maka ia harus terus berusaha membuat batang kemaluan Arie tidak berdiri lagi. Untuk menyakinkannya itu, tangan Tante Rani meraba-raba batang kemaluan Arie dan menijit-mijitnya dan ternyata setelah dipijit-pijit batang kemaluan Arie tidak mau berdiri lagi.

"Aduh untung batang kemaluanmu Rieee... tidak hidup lagi," bisik Tante Rani mesra sambil berdiri di hadapan Arie, "Soalnya kalau masih berdiri, Tante sudah tidak kuat Rieee" lanjutnya sambil tersenyum dan Duduk di sebelah Arie. Sesudah Tante Rani dan Arie berpanutan mereka pun naik ke atas dan masuk kamar-masing-masing.

Pagi-pagi sekali Arie bangun dari tempat tidur karena mungkin sudah kebiasaannya bangun pagi, meskipun badannya ingin tidur tapi matanya terus saja melek. Akhirnya Arie jalan-jalan di taman untuk mengisi kegiatan agar badannya sedikit segar dan selanjutnya badannya dapat diajak untuk tidur kembali karena pada hari itu Arie tidak ada kuliah. Kebiasaan lari pagi yang sering dilakukan diwaktu pagi pada saat itu tidak dilakukannya karena badannya terasa masih lemas akibat pertarungan tadi malam dengan tantenya.

Lalu Arie pun berjalan menuju kolam, tidak dibanyangkan sebelumnya ternyata Tante Rani ada di kolam sedang berenang. Tante Rani mengenakan celana renang warna merah dan BH warna merah pula. Melihat kedatangan Arie. Tante Rani mengajaknya berenang. Arie hanya tersenyum dan berkata, "Nggak ah Tante, Saya malas ke atasnya." Mendapat jawaban itu, Tante Rani hanya tersenyum, soalnya Tante Rani mengetahui Arie tidak menggunakan celana renang. "Sudahlah pakai celana dalam aja," pinta Tante Rani. Tantenya yang terus meminta Arie untuk berenang. Akhirnya iapun membuka baju dan celana pendeknya yang tinggal melekat hanya celana dalamnya yang berwarna biru.

Celana dalam warna biru menempel rapat menutupi batang kemaluan Arie yang kedinginan. Loncatan yang sangat indah diperlihatkan oleh Arie sambil mendekati Tante Rani, yang malah menjauh dan mengguyurkan air ke wajah Arie. Sehingga di dalam kolam renang itu Tante Rani menjadi kejaran Arie yang ingin membalasnya. Mereka saling mengejar dan saling mencipratkan air seperti anak kecil. Karena kecapaian, akhinya Tante Rani dapat juga tertangkap. Arie langsung memeluknya erat-erat, pelukan Arie membuat Tante Rani tidak dapat lagi menghindar.

"Udah akh Arie.. Tante capek," seru mesra Tante Rani sambil membalikkan badannya. Arie dan Tante Rani masih berada di dalam genangan kolam renang. "Kamu tidak kuliah Rieee," tanya Tante Rani. "Tidak," jawab Arie pendek sambil meraba bukit kemaluan Tante Rani. Terkena rabaan itu Tante Rani malah tersenyum sambil memberikan ciuman yang sangat cepat dan nakal lalu dengan cepatnya ia melepaskan ciuman itu dan pergi menjauhi Arie. Mendapatkan perlakuan itu Arie menjadi semakin menjadi bernafsu dan terus memburu tantenya. Dan pada akhirnya tantenya tertangkap juga. "Sudah ah... Tante sekarang mau ke kantor dulu," kata Tante Rani sambil sedikit menjauh dari Arie.

Ketika jaraknya lebih dari satu meter Tante Rani tertawa geli melihat Arie yang celana dalamnya telah melorot di antara kedua kakinya dengan batang kemaluannya yang sudah bangkit dari tidurnya. "Kamu tidak sadar Arie, celana dalammu sudah ada di bawah lutut.." Mendengar itu Arie langsung mendekati Tante Rani sambil mendekapnya. Tante Rani hanya tersenyum. "Kasihan kamu, adikmu sudah bangun lagi, tapi Tante tidak bisa membantumu karena Tante harus sudah pergi," kata Tante Rani sambil meraba batang kemaluan Arie yang sudah menegang kembali.

Mendengar itu Arie hanya melongo kaget. "Akhh, Tante masa tidak punya waktu hanya beberapa menit saja," kata Arie sambil tangannya berusaha membuka celana renang Tante Rani yang berwarna merah. Mendapat perlakuan itu Tante Rani hanya diam dan ia terus mencium Arie sambiil berkata, "Iyaaa deh.. tapi cepat, yaa.. jangan lama-lama, nanti ketahuan orang lain bisa gawat."

Tante Rani membuka celana renangnya dan memegangnya sambil merangkul Arie. Batang kemaluan Arie langsung masuk ke dalam liang kewanitaan Tante Rani yang sudah dibuka lebar-lebar dengan posisi kedua kakinya menempel di pundak Arie. Beberapa detik kemudian, setelah liang kewanitaan Tante Rani telah melahap semua batang kemaluan Arie dan dirasakannya batang kemaluan Arie sudah menegang. Tante Rani menciumnya dengan cepat dan langsung mendorong Arie sambil pergi dan terseyum manis meninggalkan Arie yang tampak kebingungan dengan batang kemaluannya yang sedang menegang.

Mendapat perlakuan itu Arie menjadi tambah bernafsu kepada Tante Rani, dan ia berjanji kalau ada kesempatan lagi ia akan menghabisinya sampai ia merasa kelelahan. Lalu Arie langsung pergi meninggalkan kolam itu untuk membersihkan badannya.

Setelah di kamar, Arie langsung membuka semua bajunya yang menjadi basah itu, ia langsung masuk kamar mandi dan menggosok badan dengan sabun. Ketika akan membersihkan badannya, air yang ada di kamar mandinya ternyata tidak berjalan seperti biasanya. Dan langsung Arie teringat akan keberadaan kamar Yuni. Arie lalu pergi keluar kamar dengan lilitan handuk yang menempel di tubuhnya. Wajahnya penuh dengan sabun mandi. "Yuni.. Yuni.. Yuni.." teriak Arie sambil mengetuk pintu kamar Yuni. "Masuk Kak Ariee, tidak dikunci." balas Yuni dari dalam kamar.

Didapatinya ternyata Yuni masih melilitkan badan dengan selimut dengan tangannya yang sedang asyik memainkan kemaluannya. Permainan ini baru didapatkannya ketika ia melihat adegan tadi malam antara kakaknya dengan Arie dan kejadian itu membuat ia merasakan tentang sesuatu yang selama ini diidam-idamkan oleh setiap manusia.

"Ada apa Kak Arie," kata Yuni sambil terus berpura-pura menutup badannya dengan selimut karena takut ketahuan bahwa dirinya sedang asyik memainkan kemaluannya yang sudah membasah sejak tadi malam karena melihat kejadiaan yang dilakukan kakaknya dengan Arie. "Anu Yuni.. Kakak mau ikut mandi karena kamar mandi Arie airnya tidak keluar." Memang Yuni melihat dengan jelas bahwa badan Arie dipenuhi oleh sabun tapi yang diperhatikan Yuni bukannya badan tapi Yuni memperhatikan diantara selangkangannya yang kelihatan mencuat.

Iseng-iseng Yuni menanyakan tentang apa yang mengganjalnya dalam lilitan handuk itu. Mendengar pertanyaan itu niat Arie yang akan menerangkan tentang biologi ternyata langsung kesampaian dan Arie pun langsung memperlihatkannya sambil memengang batang kemaluannya, "Ini namanya penis.. Sayang," kata Arie yang langsung menuju kamar mandi karena melihat Yuni menutup wajahnya dengan selimut.

Melihat batang kemaluan Arie yang sedang menegang itu Yuni membayangkan bila ia mengulumnya seperti yang dilakukan kakaknya. Keringat dingin keluar di sekujur tubuh Yuni yang membayangkan batang kemaluan Arie dan ia ingin sekali seperti yang dilakukan oleh kakaknya juga ia melakukannya. Mata Yuni terus memandang Arie yang sedang mandi sambil tangan terus bergerak mengusap-usap kemaluannya.

Akhirnya karena Yuni sudah dipuncak kenikmatan, ia mengerang akibat dari permainan tangannya itu telah berhasil dirasakannya .Dengan beraninya Yuni pergi memasuki kamar mandi untuk ikut mandi bersama Arie. Melihat kedatangan Yuni ke kamar mandi, Arie hanya tersenyum. "Kamu juga mau mandi Yun," kata Arie sambil mencubit pinggang Yuni.

Yuni yang sudah dipuncak kenikmatan itu hanya tersenyum sambil melihat batang kemaluan Arie yang masih mengeras. "Kak boleh nggak Yuni mengelus-elus barang itu," bisik Yuni sambil menunjuknya dengan jari manisnya. Mendengar permintaan itu Arie langsung tersenyum nakal, ternyata selama ini apa yang diidam-idamkannya akan mendapatkan hasilnya. Dalam pikiran Arie, Yuni sekarang mungkin telah mengetahui akan kenikmatan dunia. Tanpa diperintah lagi Arie langsung mendekatkan batang kemaluannya ke tangan Yuni dan menuntun cara mengelus-elusnya. Tangan Yuni yang baru pertama kali meraba kepunyaan laki-laki itu sedikit canggung, tapi ia berusaha meremasnya seperti meremas pisang dengan tenaga yang sangat kuat hingga membuat Arie kesakitan.

"Aduh.. jangan keras-keras dong Yuni, nanti batang kemaluannya patah." Mendengar itu Yuni menjadi sedikit kaget lalu Ari membatunya untuk memainkan batang kemaluannya dengan lembut. Tangan Yuni dituntunnya untuk meraba batang kemaluan Arie dengan halus lalu batang kemaluan Arie didekatkan ke wajah Yuni agar mengulumnya. Yuni hanya menatapnya tanpa tahu harus berbuat apa. Lalu Arie memerintahkan untuk mengulumnya seperti mengulum ice crem, atau mengulumnya seperti mengulum permen karet. Diperintah tersebut Yuni langsung menurut, mula-mula ia mengulum kepala batang kemaluan Arie lalu Yuni memasukkan semua batang kemaluan Arie ke dalam mulutnya. Tapi belum juga berapa detik Yuni terbatuk-batuk karena kehabisan nafas dan mungkin juga karena nafsunya terlalu besar.

Setelah sedikit tenang, Yuni mengulum lagi batang kemaluan Arie tanpa diperintah sambil pinggul Yuni bergoyang menyentuh kaki Arie. Melihat kejadian itu Arie akhirnya menghentikan kuluman Yuni dan langsung mengangkat Yuni dan membawanya ke ranjang yang ada di samping kamar mandi. Sesampainya di pinggir ranjang, dengan hangat Yuni dipeluk oleh Arie dan Yuni pun membalas pelukan Arie. Bibir Yuni yang polos tanpa liptik dicium Arie dengan penuh kehangatan dan kelembutan. Dicium dengan penuh kehangatan itu Yuni untuk beberapa saat terdiam seperti patung tapi akhirnya naluri seksnya keluar juga, ia mengikuti apa yang dicium oleh Arie. Bila Arie menjulurkan lidahnya maka Yuni pun sama menjulurkan lidahnya ke dalam mulut Arie. Dengan permainan itu Yuni sangat menikmatinya apalagi Arie yang bisa dikatakan telah dilatih oleh kakaknya yang telah berpengalaman.

Kecupan Yuni kadang kala keluar suara yang keras karena kehabisan nafas. "Pek.. pek.." suara bibir Yuni mengeluarkan suara yang membuat Arie semakin terangsang. Mendengar suara itu Arie tersenyum sambil terus memagutnya. Tangan Arie dengan terampil telah membuka daster putih yang dipakai Yuni. Dengan gerakan yang sangat halus, Arie menuntun Yuni agar duduk di pinggir ranjang dan Yuni pun mengetahui keinginan Arie itu. Bibir Yuni yang telah berubah warna menjadi merah terus dipagut Arie dengan posisi Yuni tertindih oleh Arie. Tangan Yuni terus merangkul Arie sambil bukit kemaluannya menggesek-gesekkan sekenanya.

Lalu Arie membalikkan tubuh Yuni sehingga kini Yuni berada di atas tubuh Arie, dengan perlahan tangan Arie membuka BH putih yang masih melekat di tubuh Yuni. Setelah berhasil membuka BH yang dikenakan Yuni, Arie pun membuka CD putih yang membungkus bukit kemaluan Yuni dilanjutkan menggesek-gesekkan sekenanya. Erangan panjang keluar dari mulut Yuni. "Auuu..." sambil mendekap Arie keras-keras. Melihat itu Arie semakin bersemangat. Setelah Arie berhasil membuka semua pakaian yang dikenakan Yuni, terlihat Yuni sedikit tenang iapun kembali membalikkan Yuni sehingga ia sekarang berada di atas tubuh Yuni.

Arie menghentikan pagutan bibirnya ia melanjutkan pagutannya ke bukit kemaluan Yuni yang telah terbuka dengan bebas. Dipandanginya bukit kemaluan Yuni yang kecil tapi penuh tantangan yang baru ditumbuhi oleh bulu-bulu hitam yang kecil-kecil. Kaki Yuni direnggangkan oleh Arie. Pagutan Arie beganti pada bibir kecil kepunyaan Yuni. Pantat Yuni terangkat dengan sendirinya ketika bibir Arie mengulum bukit kemaluan kecilnya yang telah basah oleh cairan. Harum bukit kemaluan perawan membuat batang kemaluan Arie semakin ingin langsung masuk ke sarangnya tapi Arie kasihan melihat Yuni karena kemaluannya belum juga merekah. Jilatan bibir Arie yang mengenai klitoris Yuni membuat Yuni menjepit wajah Arie. Semburan panas keluar dari bibir bukit kemaluan Yuni. Yuni hanya menggeliat dan menahan rasa nikmat yang baru pertama kali didapatkanya.

Lalu Arie merasa yakin bahwa ini sudah waktunya, ditambah lagi batang kemaluannya yang sudah telalu lama menengang. Arie menarik tubuh Yuni agar pantatnya pas tepat di pinggir ranjang. Kaki Yuni menyentuh lantai dan Arie berdiri diantara kedua paha Yuni.

Melihat kondisi tubuh Yuni yang sudah tidak menggunakan apa-apa lagi ditambah dengan pemandangan bukit kemaluan Yuni yang sempit tapi basah oleh cairan yang keluar dari bibir kecilnya membuat Arie menahan nafas. Arie berdiri, dan batang kemaluannya yang besar itu diarahkan ke bukit kemaluan Yuni. Melihat itu Yuni sedikit kaget dan merasa takut Yuni menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Melihat gejala itu Arie hanya tersenyum dan ia sedikit lebih melebarkan paha Yuni sehingga klitorisnya terlihat dengan jelas. Ia menggesek-gesekkan batang kemaluannya di bibir kemaluan Yuni. Sambil menggesek-gesek batang kemaluan, Arie kembali mendekap Yuni sambil membuka tangannya yang menutupi wajahnya. Melihat Arie yang membuka tangannya, Yuni langsung merangkulnya dan mencium bibir Arie. Pagutan pun kembali terjadi, bibir Yuni dengan lahapnya terus memagut bibir Arie. Suara erangan kembali keluar lagi dari mulut Yuni. "Aduhh... Kaak..." erang Yuni sambil merangkul tubuh Arie dengan keras. Arie meraba-raba bukit kemaluan Yuni dengan batang kemaluannya setelah yakin akan lubang kemaluan Yuni, Arie mendorongnya perlahan dan ketika kepala kejantanan Arie masuk ke liang senggama Yuni. Yuni mengerang kesakitan, "Kak.. aduh sakit, Kak..."

Mendengar rintihan itu, Arie membiarkan kepala kemaluannya ada di dalam liang senggama Yuni dan Arie terus memberikan pagutannya. Kuluman bibir Yuni dan Arie pun berjalan lagi. Dada Arie yang besar terus digesek-gesekkan ke payudara Yuni yang sudah mengeras. Yuni yang menahan rasa sakit yang telah bercampur dengan rasa nikmat akhirnya mengangkat kakinya tinggi-tinggi untuk menghilangkan rasa sakit di liang senggamanya dan itu ternyata membantunya dan sekarang menjadi tambah nikmat.

Kepala kemaluan Arie yang besar baru masuk ke liang kewanitaan Yuni, tapi jepitan liang kemaluan Yuni begitu keras dirasakan oleh batang kemaluan Arie. Sambil mencium telinga kiri Yuni, Arie kembali berusaha memasukkan batang kemaluannya ke liang senggama Yuni. "Aduh.. aduh.. aduh.. Kak," Mendengar rintihan itu Arie berkata kepada Yuni. "Kamu sakit Yuni," bisik Arie di telinga Yuni. "Nggak tahu Kaak ini bukan seperti sakit biasa, sakit tapi nikmat.."

Mendengar penjelasan itu, Arie terus memasukkan batang kemaluannya sehingga sekarang kepala kemaluannya sudah masuk semua ke dalam liang senggama Yuni. Batang kemaluan Arie sudah masuk ke liang senggama Yuni hampir setengahnya. Batang kemaluannya sudah ditelan oleh liang kemaluan Yuni, kaki Yuni semakin diangkat dan tertumpang di punggung Arie. Tiba-tiba tubuh Yuni bergetar sambil merangkul Arie dengan kuat. "Aduhhh..." dan cairan hangat keluar dari bibir kemaluan Yuni, Arie dapat merasakan hal itu melalui kepala kemaluannya yang tertancap di bukit kemaluan Yuni. Lipatan paha Yuni telah terguyur oleh keringat yang keluar dari tubuh mereka berdua.

Mendapat guyuran air di dalam bukit kemaluan itu, Arie lalu memasukkan semua batang kemaluannya ke dalam lubang senggama Yuni. Dengan satu kali hentakan. "Preeet..." Yuni melotot menahan kesakitan yang bercampur dengan kenikmatan yang tidak mungkin didapatkan selain dengan Arie. "Auh.. auh.. auh.." suara itu keluar dari mulut kecil Yuni setelah seluruh batang kejantanan Arie berada di dalam lembah kenikmatan Yuni. "Kak, Badan Yuni sesak, sulit bernafas," kata Yuni sambil menahan rasa nikmat yang tiada taranya. Mendengar itu lalu Arie membalikkan tubuh Yuni agar ia berada di atas Ari. Mendapatkan posisi itu Yuni seperti pasrah dan tidak melakukan gerakan apapun selain mendekap tubuh Arie sambil meraung-raung kenikmatan yang tiada taranya yang baru kali ini dirasakannya.

Yuni dan Arie terdiam kurang lebih lima menit. "Yuni, sekarang bagaimana badanmu," kata Arie yang melihat Yuni sekarang sudah mulai menggoyang-goyangkan pantatnya dengan pelan-pelan. "Udah agak enakan Kak," balas Yuni sambil terus menggoyang-goyangkan pantatnya ke kiri dan ke kanan. Mendapatkan serangan itu Arie langsung mengikuti gerakan goyangan itu dan goyangan Arie dari atas ke bawah.

Lipantan-lipatan kehangatan tercipta di antara selangkangan Yuni dan Arie. Sambil menggoyangkan pantatnya, mulut Yuni tetap mengaduh, "Aduhhh..." Merasakan nikmat yang telah menyebar ke seluruh badannya. Tanpa disadari sebelumnya oleh Arie. Yuni dengan ganasnya menggoyang-gonyangkan pantatnya ke samping dan ke kiri membuat Arie kewalahan ditambah lagi kuatnya jepitan bukit kemaluan Yuni yang semakin menjepit seperti tang yang sedang mencepit paku agar paku itu putus. Beberapa menit kemudian Arie memeluk badan Yuni dengan eratnya dan batang kemaluannya berusaha ditekan ke atas membuat pantat Yuni terangkat. Semburan panas pun masuk ke bukit kemaluan Yuni yang kecil itu. Mendapat semburan panas yang sangat kencang, Yuni mendesis kenikmatan sambil mengeram, "Aduhh... aduh.. Kak.."

Selang beberapa menit Arie diam sambil memeluk Yuni yang masih dengan aktif menggerak-gerakkan pantatnya ke kiri dan ke kanan dengan tempo yang sangat lambat. Setelah badannya merasa sudah agak baik, Arie membalikkan tubuh Yuni sehingga sekarang tubuh Yuni berada di bawah Arie. Batang kemaluan Arie masih menancap keras di lembah kemaluan Yuni meskipun sudah mengeluarkan sperma yang banyak. Lalu kaki Yuni diangkat oleh Arie dan disilangkan di pinggul. Arie mengeluarkan batang kemaluannya yang ada di dalam liang senggama Yuni. Mendapat hal itu mata Yuni tertutup sambil membolak-balikkan kepala ke kiri dan ke kanan lalu dengan perlahan memasukkan lagi batang kemaluannya ke dalam liang senggama Yuni, turun naik batang kemaluan Arie di dalam liang perawan Yuni membuat Yuni beberapa kali mengerang dan menahan rasa sakit yang bercampur dengan nikmatnya dunia. Tarikan bukit kemaluan Yuni yang tadinya kencang pelan- pelan berkurang seiring dengan berkurangnya tenaga yang terkuras habis dan selanjutnya Arie mengerang-erang sambil memeluk tubuh Yuni dan Yuni pun sama mengeluarkan erangan yang begitu panjang, keduanya sedang mendapatkan kenikmatan yang tiada taranya.

Arie mendekap Yuni sambil menikmati semburan lahar panas dan keluarnya sperma dalam batang kemaluan Arie dan Yuni pun sama menikmati lahar panas yang ada dilembah kenikmatannya. Kurang lebih lima menit, Arie memeluk Yuni tanpa adanya gerakan begitu juga Yuni hanya memeluk Arie. Dirasakan oleh Arie bahwa batang kemaluannya mengecil di dalam liang kemaluan Yuni dan setelah merasa batang kemaluannya betul-betul mengecil Arie menjatuhkan tubuhnya di samping Yuni. Arie mencium kening Yuni. Yuni membalasnya dengan rintihan penyesalan, seharusnya Arie bertanggung jawab atas hilangnya perawan yang dimiliki Yuni.

Mendengar itu Arie hanya tersenyum karena memang selama ini Arie mendambakan istri seperti Yuni ditambah lagi ia mengetahui bila hidup dengan Yuni maka ia akan mendapatkan segalanya. Arie mengucapkan selamat bobo kepada Yuni yang langsung tertidur kecapaian dan Arie langsung keluar dari kamar Yuni setelah Arie menggunakan pakaiannya kembali.

Arie masuk ke dapur, didapatnya tantenya sedang dalam keadaan menungging mengambil sesuatu. Terlihat dengan jelas celana merah muda yang dipakai tantenya. Tante Rani dibuat kaget karena Arie langsung meraba liang kewanitaannya yang terbungkus CD merah muda sambil menegurnya. "Tante sudah pulang," tanya Arie. Sambil melepaskan rabaan tangannya di liang kewanitaan tantenya. Lalu Arie membuka kulkas untuk mencari air putih. "Iya, Tante hanya sebentar kok. Soalnya Tante kasihan dengan burung kamu yang tadi Tante tinggalkan dalam keadaan menantang," jawab Tante Rani sambil tersenyum. "Bagaimana sekarang Arie burungnya, sudah mendapatkan sarang yang baru ya.." Mendapat ejekan itu, Arie langsung kaget. "Ah Tante, mau cari sangkar di mana," jawab Arie mengelak. "Arie kamu jangan mengelak, Tante tau kok.. kamu sudah mendapatkan sarang yang baru jadi kamu harus bertanggung jawab. Kalau tidak kamu akan Tante laporkan sama Oom dan kedua orang tuanmu bahwa kamu telah bermain gila bersama Yuni dan Tante."

Mendengar itu, Arie langsung diam dan ia akan menikahi Yuni seperti yang dijanjikanya. Mendengar hal itu Tante Rani tersenyum dan memberikan kecupan yang mesra kepada Arie sambil meraba batang kemaluan Arie yang sudah tidak kuat untuk berdiri. Melihat batang kemaluan Arie yang sudah tidak kuat berdiri itu Tante Rani tersenyum. "Pasti adikku dibuatnya KO sama kamu yaa... Buktinya burung kamu tidak mau berdiri," goda Tante Rani. "Ahh nggak Tante, biasa saja kok."

Tante Rani meninggalkan Arie, sambil mewanti-wanti agar menikahi adiknya. Akhirnya pernikahan Yuni dengan Arie dilakukan dengan pernikahan dibawah tangan atau pernikahan secara agama tetapi dengan tanpa melalui KUA karena Yuni masih dibawah umur.